Gudeg.net – “Ini seperti karya tumbuh. Saya mengawalinya sekira tahun 2010 dengan membuat lukisan potret Presiden RI dalam medium tempurung kelapa. Tahun 2013 saat ramai menjelang Pilpres 2014 saya tambahkan dengan kata “Who’s the Next?” kemudian saya gabungkan menjadi satu karya membentuk pola angka tujuh.” papar Jon Paul Irwan kepada Gudeg.net, Jumat (2/12) siang.
Lukisan tempurung kelapa menjadi eksperimen medium Irwan dilakukan sejak 15 tahunan yang lalu. Berawal dari keisengan saat melihat tempurung kelapa yang banyak dijumpai di Pasar Hewan Kuncen Yogyakarta dan hanya berakhir menjadi arang untuk kayu bakar.
Pilihannya ketika itu memanfaatkan tempurung kelapa untuk disusun menjadi mozaik lukisan potret.
Bersama satu karya lukisan tempurung kelapa berjudul ‘Jokowi’ berukuran 30,5 cm x 30,5 cm, karya ‘Seventh’ dipamerkan di Studio Pojok Ngasem Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta hingga 5 Januari 2023.
“Karya ini berjudul ‘Seventh’ dan membentuk pola angka tujuh merupakan sebuah pertanyaan siapa yang berikutnya akan menjadi Presiden RI yang ketujuh. Hingga menjelang Pilpres 2014, muncul sosok Joko Widodo yang begitu fenomenal dan saya juga tertarik untuk membuat potretnya. Karya ‘Seventh’ ini bisa berdiri sendiri ataupun digabungkan dengan karya potret ‘Jokowi’ yang merupakan sebuah pertanyaan dan jawabannya.” kata Irwan.
“Seventh” (kiri) dan “Jokowi” (kanan). (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Mozaik Tempurung Kelapa ala Jon Paul Irwan
Di kalangan seni rupa Yogyakarta, Irwan bisa jadi tidak begitu dikenal. Selain tidak spesifik berkarya seni rupa, Irwan justru berkecimpung dalam lintas disiplin seni. Lebih banyak bergaul dengan seniman di Taman Budaya Yogyakarta, proses berseni rupa dilakukan secara otodidak saat membantu sesama seniman mendisplay karya yang akan dipamerkan.
Bersinggungan langsung dengan karya, mengasah kepekaan Irwan pada berbagai ragam karya seni rupa mulai dari teknik, medium, hingga tema kekaryaan.
“Awalnya coba-coba membuat mozaik hingga menemukan material yang saya rasa cocok untuk karya potret ataupun bentuk-bentuk objek geometris. Pernah mencoba pelepah pisang yang dikeringkan dan cangkang telur. Setelah mengamati tempurung kelapa meskipun monochrome ternyata memiliki rentang warna yang beragam.” papar Irwan.
Pada awal membuat lukisan tempurung kelapa, Irwan banyak membuat potret tokoh nasional-dunia. Presiden RI pertama Ir. Soekarno, komponis Gesang, Sri Sultan Hamengku Buwana IX, Mahatma Gandhi, Albert Einstein.
Sebagaimana karya mozaik yang memanfaatkan bahan keramik, kertas, kaca, dan kulit telur, Irwan menggunakan tempurung kelapa yang sudah dipotong kecil-kecil untuk disusun dan ditempel rapi sesuai sketsa yang dibuat di atas papan.
“Itu semua warna asli tempurung kelapa, tidak menggunakan pewarna tambahan. Gradasi warna yang muncul berasal dari warna tempurung itu sendiri. Semakin muda kelapa, warnanya semakin cerah.” jelas Irwan.
Selain ukuran potongan, warna asli tempurung menjadi bagian penyusun citraan mozaik.
“Untuk warna yang cerah harus hati-hati dan pas saat pengeringan. Kalau terlalu kering, tempurung menjadi bergelombang sehingga susah untuk tahap berikutnya saat dipotong.” kata Irwan.
Tokoh Dunia (kiri-kanan) : Albert Einstein/42,5 x 49cm, Mahatma Gandhi/69,5 x 82,5cm – tempurung kelapa di atas papan – Jon Paul Irwan. (Foto : Irwan)
Belakangan Irwan membuat banyak lukisan series potret pesepakbola dunia mulai dari Paolo Maldini, David Beckham, Cesc Fabregas, hingga generasi Messi dan CR 7. Dalam medium tempurug kelapa dan resin di atas papan, mozaik potret pesepakbola dunia dibuat dalam ukuran masing-masing 30 cm x 40 cm. Sementara potret tokoh lainnya beragam ukuran. Potret mozaik Mahatma Gandhi dibuat dalam ukuran 69,5 xm x 82,5 cm, Albert Einstein 42,5 x 49 cm. Potret mozaik pelukis maestro Affandi dibuat dalam ukuran 88,5 x 103 cm dan menjadi karya lukisan potret mozaik terbesar yang dibuat Irwan.
“Ada sekira 15-an pesepakbola. Beberapa saya buat lebih dari satu lukisan mozaik potret dalam pose berbeda. Kebetulan memang menyukai sepakbola. Dan sejauh ini masih sebatas hobi saja (membuat lukisan potret tempurung kelapa). Ini masih sibuk mengembangkan usaha kaos limited production.” imbuh Irwan.
Tiga tahun terakhir Irwan memproduksi kaos/t-shirt oblong dengan desain yang dibuat sendiri dalam produksi terbatas dengan brand The Black Squad. Bersama warga sekitar studionya di Gamping Lor, Ambarketawang, saat awal pandemi COVID-19 dia juga mengembangankan usaha perikanan warga memanfaatkan jaringan irigasi. Perikanan air deras tersebut diberi nama Mina Guyangan 05.
“Salah satu kendalanya adalah sampah yang dibuang ke sungai, badan air, ataupun jaringan irigasi. Kita sudah berusaha untuk membersihkan jaringan irigasi yang digunakan untuk pemeliharaan ikan, namun sampah yang datang dari atas tidak bisa dikontrol. Pintu air sebagai kontrol sering mendapat sampah kiriman. Sedikit banyak ini menguras energi teman-teman di Mina Guyangan.” papar Irwan yang menjadi salah satu penggagas Mina Guyangan 05.
Tokoh Nasional (kiri-kanan) : Affandi/88,5 x 103cm, Ir. Soekarno/35,5 x45,5cm, Gesang/60,5 x 65,5 cm – tempurung kelapa di atas papan – Jon Paul Irwan. (Foto : Irwan)
Di sekitar Mina Guyangan 05 pernah terjadi banjir di jaringan irigasi karena kiriman sampah. Saat dibersihkan ada 11 bagor sampah rumah tangga: plastik pembungkus, popon bayi sekali pakai, sisa makanan. Sampah masih menjadi kendala dalam pengembangan Mina Guyangan. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah di aliran irigasi tersebut sebagai gambaran masih belum tumbuh kesadaran untuk tidak menjadi sungai/jaringan irigasi sebagai tempat pembuangan sampah.
“Agar jaringan irigasi tetap bersih dan sehat. Dengan adanya usaha Mina Guyangan tersebut selain bisa menjadi tempat tujuan wisata, warga juga bisa memanen ikan bersama-sama. Dengan tumbuhnya rasa memiliki oleh warga, selain ada pemasukan, air pada jaringan irigasi lebih bersih dari sampah karena diawasi setiap hari.” pungkas Irwan.
Pesepakbola dunia Mario Baloteli (kiri), Cesc Fabregas (tengah), David Beckham (kanan) – tempurung kelapa di atas papan @ 30,5 cm x 40,5 cm. (Foto : Irwan)
Ketika TPA Piyungan mengalami overload sejak tahun 2012, hari ini sampah yang berasal dari rumah tangga, pasar, perkantoran, tempat aktivitas ekonomi, dan juga industri adalah masalah utama wilayah Yogyakarta.
Kirim Komentar