Gudeg.net – Perhelatan Jazz Mben Senen (JMS) pada Senin (30/1) malam di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) menjadi momen istimewa. Perhelatan tersebut menjadi perayaan ke-13 tahun JMS setelah dua tahun sebelumnya tidak dilakukan perayaan akibat kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan di masyarakat (PPKM) selama pandemi Covid yang membatasi perjumpaan langsung.
Sebanyak delapan projek/kelompok jazz yakni Mario and Joyosudarmos, Everyday, More on Mumbles, Angklung Store feat Jazz Mben Senen, Archiblues, 2520, Etawa Jazz Club, Pemuda Baik Hati meramaikan panggung BBY sejak pukul 19.00 WIB.
Perayaan dihelat secara sederhana dengan pemotongan kue ulang tahun dan doa bersama. Selebihnya panggung menjadi fokus setelah dua tahun perayaan sebelumnya tidak diadakan.
Penampilan More on Mumbles saat perayaan ke-13 tahun Jazz Mben Senen di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta, Senin (30/1) malam. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Tidak ada jamming, namun ada satu sesi kolaborasi yang menarik melibatkan Angklung Store feat Jazz Mben Senen dengan beberapa repertoar. Area penonton menjadi panggung live concert saat anggota Angklung Store menyebar dan membaur langsung di tengah-tengah pengunjung. Seketika pelataran BBY menjadi panggung yang hidup saat suara angklung dari arah penonton berpadu dengan iringan instrumen Jazz Mben Senen dari arah panggung. Berada di tengah-tengah lantunan lagu Manuk Dadali, penonton dimanjakan dengan suguhan sebuah repertoar dalam sebuah pementasan gedung opera dimana nada instrumen hadir dari berbagai arah : depan, belakang, samping kiri dan kanan.
“Nama Jazz Mben Senen itu kita dapatkan saat perjalanan berombongan ke Semarang naik mobil tua. Dalam obrolan Joko Budiono melemparkan pertanyaan ‘dijenengi opo yo?’ dijawab dalam selorohan ramai-ramai ‘jazz mben senen, wae’. Setelah itu kok mobilnya malah mogok. Untungnya Jazz Mben Senen sampai saat ini tidak pernah mogok, kecuali dua tahun kemarin karena adanya kebijakan PPKM akibat pandemi. Semoga kedepan Jazz Mben Senen terus menjadi ajang untuk belajar bersama. Tetap srawung dengan teman-teman musik dan seni yang lain untuk selalu bersinergi-kolaborasi.” jelas salah satu penggagas Jazz Mben Senen Ajie Wartono dalam sambutannya, Senin (30/1) malam.
Penampilan Everyday dalam perayaan ke-13 tahun Jazz Mben Senen. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Sebagai catatan pengingat, keberadaan Jazz Mben Senen di BBY tidak terlepas dari sentuhan tangan dingin GP Sindhunata (pendiri Bentara Budaya Yogyakarta), mendiang Djaduk Ferianto, mendiang Seno, Bambang Paningron, Hatta Kawa, Ahmad Arief Noor, serta Ajie Wartono.
Cikal bakal Jazz Mben Senen berawal dari Jogja Jazz Club yang melakukan kegiatan jam session musik Jazz di Press Corner Yogyakarta yang sejak tahun 1999 diselenggarakan kegiatan Jazz Gayeng dalam format acara festival tahunan untuk menampung dan mengembangkan musik Jazz di Yogyakarta.
Jazz Mben Senen (JMS) sendiri dimulai dari acara jazz on the street yang diselenggarakan pada awal bulan Maret 2003 namun masih belum terjadwal rutin. Gagasan tersebut diprakarsai oleh Agung Prasetyo (Jogja Jazz Club/pimpinan festival Jazz Gayeng). Tahun 2007, penggemar dan pecinta jazz di Yogyakarta menyelenggarakan Jazz on The Street di Boulevard UGM depan gedung Purna Budaya Yogyakarta. Jazz on The Street mulai dilakukan secara rutin setiap satu bulan sekali pada hari Sabtu minggu pertama setiap bulannya.
Penampilan salah satu grup Jogja Blues Forum dalam perayaan ke-13 tahun Jazz Mben Senen. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Setelah berjalan dua tahun, Jazz on the Street atas prakarsa Sindhunata bersama Djaduk Ferianto, Bambang Paningron, Hatta Kawa, Ajie Wartono, dan beberapa pencinta jazz di Yogyakarta bersepakat untuk membuat acara jam session rutin seminggu sekali. Dari obrolan yang berkembang, jam session akhirnya disepakati diadakan setiap hari Senin malam di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta. Dari sinilah akhirnya acara tersebut dinamakan "Jazz Mben Senen".
Hingga Maret 2020 sebelum diberlakukannya PPKM, selama sepuluh tahun JMS telah menghelat 529 edisi tanpa putus. Setelah adanya pelonggaran PPKM, Jazz Mben Senen mulai dihelat kembali pada Juli-Agustus 2022 hingga saat ini.
Selama itu pula Jazz Mben Senen telah menjadi tempat dimana lintas generasi saling berkenalan, saling berkreasi, nge-jamm, dan menjadi gambaran bentuk kerukunan-keguyuban, kebersamaan sebagaimana semangat yang mereka jaga dalam tema perayaan kali ini “Bareng-bareng Kancaku”. Di ruang perjumpaan itulah mereka belajar bersama mengasah kepekaan, kreativitas, saling berbagi dalam dialog multi-arah.
Selamat ulang tahun, Jazz Mben Senen.
Kirim Komentar