Gudeg.net – “Karakter platnya saja yang berbeda. Plastik mika transparan lebih lunak dan tipis sehingga penggoresannya lebih mudah, namun harus hati-hati agar tidak tembus. Sementara plat/lembaran akrilik yang lebih tebal dan keras, proses penggoresannya sedikit lebih susah. Karakter hasil cetaknya relatif hampir sama. Perawatan master platnya (matriks) juga mudah. Bersihkan plat dari sisa-sisa tinta cetak, keringkan, dan simpan dalam keadaan rata.”
Penjelasan tersebut disampaikan pegrafis Rizal Eka Permana pada workshop cetak dalam teknik drypoint Pekan Seni Grafis Yogyakarta (PSGY) 2023. Workshop berlangsung pada Senin (18/9) melibatkan 10 peserta dengan mentor Rizal, Windi Delta, dan Risao Pambudi.
“Simpel, tanpa menggunakan cairan kimia untuk membuat goresan acrylic drypoint sehingga teknik ini relatif lebih aman.” jelas Rizal.
Rizal menambahkan cukup dengan jarum runcing kita sudah bisa membuat goresan. Penggoresannya pun lebih mudah dibanding plat logam. Akrilik dengan ketebalan 1,5 mm ataupun plastik mika transparan sudah bisa digunakan untuk plat klise.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat master cetak (matriks) pada teknik cetak Drypoint. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Sebelumnya pada PSGY 2021, pernah diselenggarakan workshop Teknik Cetak Dalam drypoint namun hanya menggunakan lembaran akrilik sebagai platnya.
Teknik Cetak Dalam (intaglio) pada prinsipnya adalah membuat goresan imaji ke atas permukaan lembaran plat master cetak (matrix). Biasanya digunakan plat tembaga, kuningan, seng, ataupun alluminium sebagai bahan acuan utama, dan permukaan cetak dibentuk dengan teknik drypoint, engraving, etsa, aquatint, atau mezzotint. Permukaan plat yang tergores membentuk cekungan itulah yang menjadi tempat tinta cetak yang akan dipindahkan ke medium cetak.
Masyarakat umum kadang mengenal drypoint dengan istilah “etsa kering” karena saat membuat goresan di atas plat tidak menggunakan cairan kimia sebagaimana pembuatan etsa (etching). Pemakaian istilah “etsa kering” kurang tepat mengingat dalam drypoont tidak ada perlakuan etching pada plat matriks. Tanpa menggunakan cairan kimia, drypoint relatif aman dibanding etsa yang menggunakan bantuan cairan asam chlorida (HCl) ataupun Feri Chlorid (FeCl3) untuk membuat cekungan sesuai kedalaman yang diinginkan.
Teknik cetak dalam drypoint dibuat dengan menggoreskan alat tajam-runcing/jarum langsung ke atas plat logam/akrilik. Berbeda dengan etsa (etching) yang melapisi permukaan plat dengan lapisan tertentu (cat semprot, cat minyak) sebelum dibuat desain karya, pada drypoint penggoresan bisa dilakukan secara langsung pada pola di atas plat logam/akrilik yang sudah dibuat dengan menggunakan jarum atau pena khusus berujung besi carbide runcing.
Pembersihan plat (wipping). (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Teknik drypoint diperkenalkan pada abad ke-15 oleh seniman asal Jerman Housebook Master (Master of Amsterdam Cabinet). Seniman yang dikenal membuat karya menggunakan teknik drypoint diantaranya Albrecht Dürer dan Rembrandt. Rijkmuseum di Amsterdam memiliki hampir seluruh karya Rembrandt. Karya Rembrandt juga pernah dipamerkan di Indonesia. Picasso bahkan menggunakan teknik drypoint yang dikombinasikan dengan teknik cetak orisinal untuk menghasilkan garis-garis yang sederhana namun ekspresif.
Pada masa renaissance seniman jarang menggunakan teknik drypoint ini, namun Albrecht Durer menghasilkan tiga karya drypoint, salah satunya Holy Family. Kemudian pada abad ke-20, mulai banyak seniman memproduksi drypoint, Max Beckmann, Milton Avery, dan Paul Hermann. Beberapa seniman menambahkan warna, sehingga drypoint yang dihasilkan beragam.
Teknik drypoint dibuat dengan cara menggoreskan jarum tajam ataupun pena khusus langsung ke atas plat, misalnya paku atau jarum di atas plat logam untuk menghasilkan goresan yang masuk ke dalam permukaan plat. Goresan tersebut akan membuat cekungan pada permukaan plat dengan kedalaman sesuai yang diinginkan. Semakin besar tekanan saat menggores, cekungan akan semakin dalam. Goresan-cekungan pada permukaan plat tersebut yang akan menampung can memerangkap tinta saat proses pengusapan tinta di atas plat (wipping).
Tahapan, Alat, dan Bahan dalam Teknik Cetak Dalam Drypoint
Untuk membuat cetakan drypoint siapkan : lembaran akrilik dengan ketebalan mulai 1,5 mm atau plastik mika transpaean, alat pemotong akrilik, kertas, tinta cetak, alat tulis untuk membuat desain, jarum, kain perca, kertas roti, kain kanebo, nampan-baskom plastik, mesin press pencetakan.
Pena khusus untuk menggores plat (tengah). (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Tahap pertama, siapkan akrilik/plastik mika dengan ketebalan, ukuran, dan bentuk sesuai keinginan. Perhatikan ukuran akrilik sesuai dengan ukuran media cetak serta alat press yang ada. Buatlah sketsa di atas permukaan akrilik dengan menggunakan pensil/pena dengan posisi sketsa/drawing terbalik (mirror).
Tahap kedua, setelah sketsa/drawing di atas akrilik jadi lakukanlah penggoresan dengan menggunakan jarum atau pena khusus sesuai peruntukannya. Setelah tahap penggoresan selesai bersihkan permukaan akrilik dari sisa-sisa goresan. Perhatikan pula keempat sisi plat akrilik, jika terasa tajam haluskan dengan alat kikir untuk menghindari kertas sobek saat pencetakan.
Tahap ketiga, penintaan. Penintaan menjadi tahapan yang cukup penting. Ratakan tinta ke atas plat akrilik yang sudah digores dengan scrap memanfaatkan kertas strawboard. Proses wipping untuk meratakan tinta masuk ke dalam goresan, gunakan kain perca lembut. Setelah tinta cukup rata, bersihkan akrilik dari sisa-sisa tinta dengan menggunakan kertas roti. Setelah dirasa cukup bersih, plat akrilik siap dicetak. Proses wipping sering menjadi eksperimen-eksplorasi seniman grafis untuk menghasilkan efek-efek yang tidak terduga semisal hasil cetakan yang terkesan kotor, gradasi warna yang tidak sama, ataupun efek-efek lainnya.
Proses penggoresan di atas plat akrilik dengan menggunakan pena khusus. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
“Saat penintaan, untuk mempercepat pembersihan (wipping) tinta sering digunakan kertas koran bekas. Lebih cepat menyerap cat/tinta, ditandai dengan permukaan plat yang licin. Selanjutnya untuk membersihkan sisa-sisa cat yang tipis digunakan kertas roti.” jelas Windi saat acara workshop, Senin (18/9) siang.
Tahap keempat, sebelum proses mencetak rendam medium kertas hingga basah selanjutnya tiriskan dan keringkan menggunakan kain kanebo hingga kertas tetap lembab. Letakkan plat klise akrilik di bawah kertas tersebut, setting posisi kertas dan tekanan alat press, lanjutkan dengan pengepresan. Perendaman medium kertas dilakukan hampir pada semua teknik cetak dalam yang menggunakan tinta berbasis minyak.
Pencetakan dengan menggunakan mesin press manual. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Prinsip dasar saat mencetak intaglio adalah bahwa air dan minyak tidak bisa bersatu/bercampur. Setelah proses wipping serta pembersihan area cetak pada plat, prinsip air-minyak tersebut digunakan dengan membuat kertas ataupun material cetak lainnya dalam kondisi lembab mendekati basah. Pada goresan-cekungan yang dalam hasil cetaknya akan terlihat lebih gelap/pekat warnanya serta memunculkan kontur-tekstur pada hasil cetakan yang jelas.
Prinsip air-minyak juga digunakan dalam pencetakan karya untuk teknik cetak datar (litografi), namun karena tidak adanya goresan-cekungan pada litografi tidak menimbulkan efek tekstur-kontur pada karya yang dihasilkan.
Tahap kelima, kertas hasil cetakan dibuka perlahan agar tidak geser dan dapat langsung dilihat hasil cetakannya. Setelah selesai mencetak, bersihkan klise akrilik dari sisa-sisa tinta sebelum disimpan agar bisa digunakan kembali.
Kirim Komentar