Kesehatan
Kampanye Anti Narkoba Di Sekolah, Import Mantan Pengguna
Usaha Pemberantasan yang dilakukan oleh berbagai pihak terus mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak dalam berbagai penanganannya. Salah satu bentuk penanganan secara dini tetap memilih melakukan penyuluhan di sekolah-sekolah dengan mendatangi para mantan pengguna NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif).
Tindakan-tindakan preventif dalam bentuk penyuluhan ternyata sudah tidak tren dan memilih untuk menggunakan media dialog secara dua arah yang didukung oleh berbagai pihak seperti Napza Crisis Centre, Forum Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Gebrak, Granat, Kantor Kesbanglinmas, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kejari Jogja, Kantor Departemen Agama dan Poltabes Yogyakarta.
Drs Poedjo Widodo Koordinator acara mengemukakan bahwa program tersebut diberikan mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA. "Untuk tingkat SD hingga SMA, masing-masing dipilih 10 sekolah oleh Dinas Pendidikan, untuk siswa SMP dan SMA yang dilibatkan masing-masing berjumlah 100 orang sedangkan siswa SD masing-masing 50 orang," tukas Poedjo kepada wartawan di Balaikota, Selasa (24/08) pagi.
Program dengan mengaitkan berbagai pihak tersebut sudah dilaksanakan sejak Senin (23/08) lalu hingga Kamis (2/09) mendatang. "Untuk program ini kita bertindak aktif dengan mengadakan dialog langsung ke sekolah-sekolah," tukasnya. Pudjo mengungkapkan, mantan pecandu juga dilibatkan dalam program tersebut. Hanya saja mantan pecandu yang dilibatkan itu dipilih yang memiliki prestasi dibidangnya masing-masing. "Materi yang diberikan dalam dialog itu tentang bahaya narkoba, namun lebih banyak diisi dengan acara dialog," tambahnya.
Dalam mengefektifkan program tersebut, menurut Pudjo, dilakukan pembuatan stiker untuk kampanye anti narkoba. Stiker-stiker itu dibuat oleh mantan pecandu narkoba sendiri. "Dibuat dengan bahasa yang mudah diterima dan degan design yang menarik," terangnya.
Selain memberikan materi ke sekolah-sekolah dengan program tersebut, disebarkan pula ke masyarakat umum. Uniknya kegiatan tersebut, tempat yang diambil bukan di tempat yang bersifat formal, seperti kelurahan dan kecamatan. "Kita adakan di bawah jembatan layang dan lainnya, itu sengaja kita lakukan karena berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah sewaktu kita adakan di kelurahan yang datang orang-orang tua," tuturnya.
Kirim Komentar