Pada hari ini, Rabu (07/01/09) atau 10 Suro menurut penanggalan Jawa, kadang Mangir atau keturunan Ki Ageng Mangir akan menggelar ritual "Laku Budaya Pengembaran Anak Cucu Ki Ageng Mangir Wanabaya" dengan mengganti langse (kelambu penutup makam) di pusara yang diyakini sebagai makam Ki Ageng Mangir Wanabaya di Daerah Sorolaten, Godean.
"Hari Rabu Kliwon, 7 Januari atau 10 Suro, kami kadang Mangir akan menggelar ritual penggantian langse atau kelambu penutup makam Ki Ageng Mangir Wanabaya di Daerah Sorolaten, Godean," kata Ketua Paguyuban Soko Mangir Baru, Basri, Selasa (06/01/09) di Yogyakarta.
Ritual yang direncanakan akan dimulai pada pukul 15.00 WIB itu akan diawali dengan laku berjalan kaki menuju pusara Ki Ageng Mangir Wanabaya sejauh 25 kilometer sebelum mengganti langse. Kegiatan ini oleh panitia pelaksana akan diikuti oleh sekira 300 orang yang terdiri dari orang Mangir dan dari luar Mangir.
Kegiatan ini oleh orang Mangir ditujukan untuk menjaga semangat dari Ki Ageng Mangir yang oleh masyarakat dan keturunan Mangir disebut sebagai local hero yang tidak bisa ditinggalkan dari kehidupan mereka. Oleh mereka, Ki Ageng Mangir dianggap sebagai tokoh yang telah meletakkan dasar tata masyarakat di daerah mangiran yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
Terlepas dari kontroversi Ki Ageng Mangir dalam sejarah Mataram, kegiatan budaya ini tidak bertujuan untuk meruncingkan kembali konflik yang pernah terjadi dalam sejarah Mataram. Kadang Mangir hanya ingin membangun kesadaran sejarah yang mereka yakini yakni dengan memberikan identitas dan semangat pada keseharian hidup mereka.
"Hari Rabu Kliwon, 7 Januari atau 10 Suro, kami kadang Mangir akan menggelar ritual penggantian langse atau kelambu penutup makam Ki Ageng Mangir Wanabaya di Daerah Sorolaten, Godean," kata Ketua Paguyuban Soko Mangir Baru, Basri, Selasa (06/01/09) di Yogyakarta.
Ritual yang direncanakan akan dimulai pada pukul 15.00 WIB itu akan diawali dengan laku berjalan kaki menuju pusara Ki Ageng Mangir Wanabaya sejauh 25 kilometer sebelum mengganti langse. Kegiatan ini oleh panitia pelaksana akan diikuti oleh sekira 300 orang yang terdiri dari orang Mangir dan dari luar Mangir.
Kegiatan ini oleh orang Mangir ditujukan untuk menjaga semangat dari Ki Ageng Mangir yang oleh masyarakat dan keturunan Mangir disebut sebagai local hero yang tidak bisa ditinggalkan dari kehidupan mereka. Oleh mereka, Ki Ageng Mangir dianggap sebagai tokoh yang telah meletakkan dasar tata masyarakat di daerah mangiran yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
Terlepas dari kontroversi Ki Ageng Mangir dalam sejarah Mataram, kegiatan budaya ini tidak bertujuan untuk meruncingkan kembali konflik yang pernah terjadi dalam sejarah Mataram. Kadang Mangir hanya ingin membangun kesadaran sejarah yang mereka yakini yakni dengan memberikan identitas dan semangat pada keseharian hidup mereka.
Kirim Komentar