
Salah satu tembang dolanan anak "Menthog-menthog"--yang kini kian terpinggirkan--ternyata mengandung banyak pesan adiluhung yang masih relevan dengan permasalahan kehidupan yang ada hingga saat ini.
Konser teater musikal "Bocah Gugat" Selasa malam (10/02/09) di concert hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), yang diikuti sekira 50 anak mencoba menerjemahkan nilai filosofis yang ada dalam sejumlah dolanan anak untuk untuk memberikan sindiran halus kepada kondisi bangsa saat ini.
Kondisi sosial dan politik tak lepas dari olokan kelompok AdiluhungTAK, Keluarga Besar Kelompok Swara Ratan, Komunitas Gayam16, Teater Tema (Taman Madya Ibu Pawiyatan Tamansiswa), dan Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang berkolaborasi dalam pentas teater musikal yang digarap secara modern ini.

Celakanya, setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, para wakil rakyat dan penguasa terkesan "lupa" dengan apa yang pernah dijanjikannya kepada rakyat pada masa kampanye. Untuk itu, pentas ini juga menyindir masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih wakil dan penguasanya nanti menjelang pemilu. Tak perlu ikut-ikutan dalam memilih.
Dengan tema "Bermain dan Bercermin...belajar dari yang sudah ditinggalkan..", dari sindiran lugu anak-anak--kadang lebih ke celaan--yang ditujukan ke orang tua, tak pelak membuat penonton terbahak untuk sesaat, hingga kemudian memikirkan ulang apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh anak-anak itu.
Sekitar satu jam, penonton yang memenuhi concert hall TBY dihibur dengan aksi dolanan anak seperti "Cah Dolan", "Kupu Kuwi", "Baris Rampak", "Suwe Ora Jamu", "Menthog-menthog", "Mbok Kuwi", "Uler-uler keket", "Sar-sur Kulonan", "Lepetan", "Jamuran", "Nora Gampang", "Gumregah", dan "Duh Gusti" yang sarat dengan muatan kritik kepada orang tua yang mungkin telah melupakannya, apalagi pesan yang ada di dalamnya.
Secara umum, lewat tembang dolanan anak, pentas seni ini ingin menyadarkan kembali seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali untuk memberikan yang terbaik yang kita mampu bagi bangsa. Filosofi kebersamaan dan kompetisi yang jujur dalam setiap tembang dolanan anak seharusnya menjadi tuntunan untuk berkehidupan yang lebih baik.
Konsep menarik yang ditawarkan panitia mampu memberikan hiburan mendidik, tak hanya bagi anak-anak, tapi juga bagi orang dewasa. Sayangnya, konteks bahasa Jawa yang digunakan mungkin hanya akan diengerti oleh orang yang mengerti bahasa Jawa. Akan lebih baik jika pada setiap adegan diberikan versi interpretasi bahasa Indonesia yang lebih heterogen.
Kirim Komentar