![](/images/upload/siswa_difabel.jpg)
"Guru inklusi sekolah reguler di DIY kurang. Saat ini yang diperbantukan 80 guru, padahal permintaan yang dibutuhkan 106 guru se-DIY," kata Kepala Bidang Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga DIY, Tugini Tri Hayati usai membuka Festival Lomba dan Seni Siswa, Olimpiade Olah Raga Siswa, Gebyar Pendidikan Khusus (PK) dan Pendidikan Layanan Khusus (PLK) propinsi DIY, di Balaikota Yogyakarta, Selasa (14/04).
Tugini mengatakan, permintaan guru bantu inklusi tersebut sebagian besar datang dari sejumlah sekolah dasar di Gunung Kidul. Selain itu, beberapa SMA di Bantul dan Sleman juga mengeluhkan kurangnya guru pendamping.
Untuk memenuhi kebutuhan guru bantu inklusi yang semakin meningkat, tahun ini Pemerintah DIY akan melatih guru reguler agar dapat mengajar di Sekolah Luar Biasa dan tentunya di sekolah inklusi yang ada di DIY.
Salah satunya adalah melalui kerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengenai bagaimana menciptakan guru pendamping bagi sekolah inklusi di DIY. Selain itu, keberadaan guru yang ada juga semakin dioptimalkan.
Saat ini, terdapat 70 sekolah inklusi dan 62 sekolah luar biasa (SLB) yang menampung 3.477 siswa difable di DIY. Keberadaan sekolah inklusi adalah untuk memenuhi kekurangan SLB di DIY. Idealnya, di satu kecamatan terdapat satu SLB.
Kirim Komentar