![](/images/upload/siswa_difabel.jpg)
"Saat ini siswa SLB yang ada di DIY berjumlah 3.477. Difabel lainnya sekitar 1.400 anak belum dapat menikmati pendidikan," kata kata Kepala Bidang Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga DIY, Tugini Tri Hayati di Balaikota Yogyakarta, Selasa (14/04).
Masih banyaknya difabel di DIY yang belum memperoleh pendidikan pada dasarnya disebabkan oleh kesadaran orang tua siswa yang bersangkutan yang masih rendah terhadap pendidikan anaknya.
"Penyebab anak difabel yang tidak sekolah karena kebanyakan orang tua mereka belum sadar akan pentingnya pendidikan bagi anaknya," ujarnya.
Selain itu, letak geografis para difabel yang tak terjangkau khususnya di Gunung Kidul dan Kulon Progo juga menjadi kendala bagi mereka dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan para difabel.
"Letak geografis juga menjadi masalah yang utama yang menyebabkan para difabel tidak dapat bersekolah," tegasnya.
Sebagaian besar anak difabel di DIY terdiri dari para tuna grahita, tuna rungu, tuna netra, dan tuna ganda yang saat ini telah ditampung di 62 SLB dan 70 sekolah inklusi yang tersebar di lima kota dan kabupaten yakni 26 SLB di Sleman, 16 SLB di Bantul, 8 SLB di Kota Yogyakarta, 7 SLB di Gunung Kidul dan 7 SLB di Kulon Progo.
Idealnya, setiap kecamatan di kabupaten dan kota setidaknya terdapat satu satu SLB yang harus menampung para difabel. Meski masih belum mencukupi, keberdaan sekolah inklusi yang menerima difable adalah salah satu cara untuk menampung para difable agar tetap dapat menikmati pendidikan.
Kirim Komentar