![Domba Domba Revolusi Domba Domba Revolusi](/images/upload/domba_domba_revolusi.jpg)
Domba-domba Revolusi merupakan sebuah lakon klasik Indonesia karya B. Soelarto yang pernah dimuat di majalah Sastra tahun 1962, pada kesempatan ini dicoba ditampilkan di Balai Bahasa Yogyakarta.
Lakon ini berkisah seputar lima orang tokoh beserta watak dan latar belakang masing-masing, yang bertemu di sebuah losmen pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia di akhir tahun 1948.
Adalah seorang Perempuan Pemilik Losmen (Cilik Tripamungkas), yang memiliki masa lalu yang gelap namun keras kepala dan kukuh pada pendirian serta keyakinannya.
Seorang Penyair Muda (Fairuzul Mumtaz) yang idealis, emosional, meledak-ledak, dan menanam rasa cinta sejati kepada perempuan pemilik losmen.
Bapak Politikus (Bayu Dwi Nugroho) yang nampak berwibawa, penuh kuasa, namun berjiwa kerdil dan pengecut.
Seorang Pedagang (Fajar MS) yang menilai hidup dan perjuangan hanya dari keping-keping rupiah, berlian, dan harta benda lainnya saja.
Serta yang terakhir, adalah seorang Petualang (Muhammad Shodiq), yang selalu berpikir bagaimana memeroleh keuntungan dari berbagai macam situasi dan peluang yang ada dihadapannya.
Lima macam manusia ini sesungguhnya selalu ada di setiap jaman sehingga walaupun latar belakang cerita ini tahun 1948, namun dalam beberapa hal ada pesan-pesan yang masih dapat dirasakan di masa kini, seperti misalnya kesetiaan dan keteguhan hati di tengah-tengah masyarakat yang semakin hipokrit dan oportunis.
Pementasan yang disutradarai oleh Ika Yudhi Kasran ini sebenarnya bisa lebih baik lagi apabila beberapa kekurangan kecil dapat ditutupi, seperti misalnya detail-detail kecil seperti kalender dam kostum yang disesuaikan dengan kondisi akhir tahun 1948.
Selain itu, artikulasi para aktor ketika di atas panggung tidak jarang mengalami beberapa kendala sehingga kurang lancar dalam pengucapan beberapa dialog.
Namun terlepas dari itu semua, apa yang telah dipentaskan oleh komunitas yang berdiri tahun 1997 ini, setidaknya dapat sedikit banyak mengingatkan kembali kepada para penikmat teater Indonesia, bahwa Indonesia juga memiliki karya-karya yang baik dan cukup menantang untuk dipentaskan, sehingga tidak melulu mencari dan menggarap karya-karya dari luar Indonesia.
Kirim Komentar