Indonesian Visual Art Archive (IVAA) berencana akan membangun pusat informasi digital independen khusus seni visual. Kabarnya, proyek yang akan diluncurkan pada Agustus 2009 mendatang tersebut merupakan perpustakaan umum independen khusus seni visual pertama di Indonesia.
"Pusat Informasi Digital IVAA adalah satu-satunya perpustakaan umum independen khusus seni visual di Indonesia," kata Direktur Eksekutif IVAA, Farah Wardani, Kamis (2/7).
Farah mengatakan, sejak pertengahan 2008 IVAA telah melakukan proses digitisasi dan kemitraan arsip dengan berbagai lembaga seni rupa di Indonesia untuk preservasi arsip seni visualnya, dan memasukkan database tersebut ke jaringan online.
"Seluruh koleksi arsip seni visual dan kontemporer dalam format digital, tahun ini IVAA akan mengembangkan layanannya dengan menyimpan data tersebut dalam jaringan internet yang bisa di akses semua orang," ujarnya.
Koleksi dokumentasi IVAA yang ada meliputi rekaman proses berkarya seniman dan peristiwa seni visual dalam format foto dan audio-video, buku-buku referensi seni visual dan budaya, katalog pameran, portfolio perupa hingga karya audio visual/video art.
Menurut Farah, saat ini database IVAA telah menyimpan ribuan data referensi dan segala arsip yang berhubungan dengan seni visual di Indonesia dan juga internasional yang telah terkumpul selama lebih dari 10 tahun.
"Perpus online ini bisa menjadi sarana informasi, referensi dan pembelajaran bagi perupa, peneliti, mahasiswa, kurator, kritisi dan berbagai pihak lainnya dalam infrastruktur seni rupa," tambahnya.
Indonesian Visual Art Archive (IVAA) adalah sebuah lembaga nirlaba yang berbasis di Yogyakarta. Awalnya, lembaga yang didirikan tahun 1995 ini awalnya bernama Yayasan Seni Cemeti hingga April 2007). IVAA menitikberatkan pada bidang dokumentasi, riset, perpustakaan serta penyelenggaraan program edukasi dan eksplorasi seni visual dan budaya kontemporer, baik secara praktek mau pun wacana.
"Pusat Informasi Digital IVAA adalah satu-satunya perpustakaan umum independen khusus seni visual di Indonesia," kata Direktur Eksekutif IVAA, Farah Wardani, Kamis (2/7).
Farah mengatakan, sejak pertengahan 2008 IVAA telah melakukan proses digitisasi dan kemitraan arsip dengan berbagai lembaga seni rupa di Indonesia untuk preservasi arsip seni visualnya, dan memasukkan database tersebut ke jaringan online.
"Seluruh koleksi arsip seni visual dan kontemporer dalam format digital, tahun ini IVAA akan mengembangkan layanannya dengan menyimpan data tersebut dalam jaringan internet yang bisa di akses semua orang," ujarnya.
Koleksi dokumentasi IVAA yang ada meliputi rekaman proses berkarya seniman dan peristiwa seni visual dalam format foto dan audio-video, buku-buku referensi seni visual dan budaya, katalog pameran, portfolio perupa hingga karya audio visual/video art.
Menurut Farah, saat ini database IVAA telah menyimpan ribuan data referensi dan segala arsip yang berhubungan dengan seni visual di Indonesia dan juga internasional yang telah terkumpul selama lebih dari 10 tahun.
"Perpus online ini bisa menjadi sarana informasi, referensi dan pembelajaran bagi perupa, peneliti, mahasiswa, kurator, kritisi dan berbagai pihak lainnya dalam infrastruktur seni rupa," tambahnya.
Indonesian Visual Art Archive (IVAA) adalah sebuah lembaga nirlaba yang berbasis di Yogyakarta. Awalnya, lembaga yang didirikan tahun 1995 ini awalnya bernama Yayasan Seni Cemeti hingga April 2007). IVAA menitikberatkan pada bidang dokumentasi, riset, perpustakaan serta penyelenggaraan program edukasi dan eksplorasi seni visual dan budaya kontemporer, baik secara praktek mau pun wacana.
Kirim Komentar