Seiring dengan apresiasi terhadap seni khususnya seni kontemporer yang terjadi tak hanya di Indonesia, tapi juga dunia, bukan tidak mungkin seni kontemporer nantinya akan menjadi layaknya sebuah perusahaan.
"Seni kontemporer nanti akan menjadi seperti coorporate. Itulah yang target yang nantinya harus dihadapi secara dewasa oleh semua pihak," kata kurator Jogja Art Fair (JAF) #2, Aminuddin TH. Siregar di TBY, Sabtu (15/8).
Menurut kritikus seni rupa yang kerap dipanggil Ucok itu, seni rupa dan pasar layaknya dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Perupa, selain harus tetap berpijak pada nilai dengan menghasilkan karya terbaiknya, juga membutuhkan pasar (uang -red) sebagai penghargaan terhadap karyanya.
Saat ini, seiring dengan perkembangan pesat yang terjadi di dunia seni, sejumlah variabel seni--secara otomatis--juga mengalami perkembangan. Pasar dan kritik adalah contoh variable yang selalu berada dekat dengan seni rupa khususnya seni rupa kontemporer.
"Perkembangan seni rupa seiring dengan perkembangan kritik dan pasar seni. Hal tersebut tak bisa dihindari," jelasnya.
Untuk itu, Jogja Art Fair (JAF) #2 diharapkan menjadi salah satu bursa seni yang bergengsi di Indonesia sebagai ruang pertemuan dan interaksi langsung bagi pelaku pasar seni rupa kontemporer Indonesia, baik dari kalangan seniman, kolektor dan art lover, art dealer, pengelola galeri, hingga kurator dan media massa.
Rencananya, Jogja Art Fair (JAF) #2 akan digelar pada 18 Agustus hingga 5 September mendatang di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Sekitar 142 karya visual yakni tiga dimensi, instalasi, street art, fotografi, video, hingga new media art akan ditampilkan oleh 92 seniman dan 30 seniman dari seluruh Indonesia.
"Seni kontemporer nanti akan menjadi seperti coorporate. Itulah yang target yang nantinya harus dihadapi secara dewasa oleh semua pihak," kata kurator Jogja Art Fair (JAF) #2, Aminuddin TH. Siregar di TBY, Sabtu (15/8).
Menurut kritikus seni rupa yang kerap dipanggil Ucok itu, seni rupa dan pasar layaknya dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Perupa, selain harus tetap berpijak pada nilai dengan menghasilkan karya terbaiknya, juga membutuhkan pasar (uang -red) sebagai penghargaan terhadap karyanya.
Saat ini, seiring dengan perkembangan pesat yang terjadi di dunia seni, sejumlah variabel seni--secara otomatis--juga mengalami perkembangan. Pasar dan kritik adalah contoh variable yang selalu berada dekat dengan seni rupa khususnya seni rupa kontemporer.
"Perkembangan seni rupa seiring dengan perkembangan kritik dan pasar seni. Hal tersebut tak bisa dihindari," jelasnya.
Untuk itu, Jogja Art Fair (JAF) #2 diharapkan menjadi salah satu bursa seni yang bergengsi di Indonesia sebagai ruang pertemuan dan interaksi langsung bagi pelaku pasar seni rupa kontemporer Indonesia, baik dari kalangan seniman, kolektor dan art lover, art dealer, pengelola galeri, hingga kurator dan media massa.
Rencananya, Jogja Art Fair (JAF) #2 akan digelar pada 18 Agustus hingga 5 September mendatang di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Sekitar 142 karya visual yakni tiga dimensi, instalasi, street art, fotografi, video, hingga new media art akan ditampilkan oleh 92 seniman dan 30 seniman dari seluruh Indonesia.
Kirim Komentar