![](/images/upload/angguk_beasisiwa.jpg)
Ke-11 mahasiswa tersebut terdiri dari tiga mahasiswa asing yakni Tevita Simeki (Samo), Jose Antonio A. Dos Santos (Timor Leste), dan Hwang Woo Joong (Korea Selatan), dan satu mahasiswa Indonesia, Bhiwika Hikma Prasetya.
Sedangkan delapan mahasiswi yang menari Angguk Putri adalah Waraporn Cherdchoo (Thailand), Trai Thi Thuy Thien (Vietnam), Tan Jia (China), Leyla Haziyeva (Azerbaijan), Waing Chit Chit Aung (Myanmar), Marey Betero (Kiribati), Rouru Christine Toki (Cook Islands), dan Veisine Havii (Tonga).
Meski tak sampai tiga bulan berlatih tari klasik, Kuda-kuda dan tarian rakyat angguk Putri, ke-12 mahasiswa -ditambah satu mahasiswa Indonesia- mampu memeragakan gerakan yang cukup luwes untuk ukuran orang asing.
Pada penampilkan pertama yakni tari Kuda-kuda yang dipertunjukan oleh empat mahasiswa, penonton yang hadir di Gedung Societet pun tak mampu membendung apresiasinya dengan memberikan tepukan tangan meriah bagi mereka. Betapa tidak, sebuah gerakan improvisasi di akhir bagian tari yang mereka peragakan ternyata mampu meraih simpati penonton.
"Mereka berlatih intensif empat jam sehari selama dua setengah bulan di Sanggar Sekar Setaman," kata Koordinator acara sekaligus Ketua Sanggar Sekar Setaman Yogyakarta, Anggi Minarni sesaat sebelum pentas di TBY, Senin (12/10).
Anggi mengatakan, kegiatan ini diharapkan mampu memperkenalkan kekayaan seni budaya Indonesia, serta membuktikan bahwa Indonesia itu tak hanya bom, penjarahan, dan hal negatif lainnya.
"selain itu, apa yang telah mereka pelajari di Jogja, tak hanya tarian, tapi juga semua bentuk budaya seperti membatik, takbiran ramadhan, dll juga bisa mereka tunjukkan nanti di negara mereka," ujarnya sesaat sebelum tampil.
Sementara itu peserta program Beasiswa Seni Budaya yang turut tampil, Trai Thi Thuy Thien dari Vietnam menyatakan kegembiraanya dapat mengambil bagian dalam acara ini. Menurutnya, seni budaya Indonesia sungguh kaya dan menarik.
"Saya senang belajar tari Angguk Putri, tapi saya akan lebih mendalami gamelan khususnya alat musik bonang yang sangat saya suka," katanya dengan Bahasa Indonesia yang sudah cukup lancar.
Tak beda dari Titin -panggilan Trai Thi Thuy Thien- Leyla Haziyeva dari Azerbaijan juga menyatakan kekagumannya terhadap seni budaya Indonesia. "Bagi saya, tari Jawa sangat eksotis. Bukan hanya karena saya baru mengenalnya, tapi memang sungguh eksotis," terangya.
Titin dan Leyla adalah dua dari 12 mahasiswa, ditambah satu dari Indonesia, yang mengikuti program Beasiswa Seni Budaya Indonesia 2009 dari Departemen Luar Negeri RI. Rencananya, mereka juga akan menggelar pementasan puncak pada Minggu, 18 Oktober mendatang di Pura Mangkunegaran Solo.
Kirim Komentar