Untuk memeringati Hari Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Seni Budaya Yogyakarta bekerjasama dengan Sanggar Wira budaya menggelar "Festival Dalang Anak dan Remaja" di Tembi Rumah Budaya, Bantul Yogyakarta, Sabtu (15/5).
Kegiatan yang diikuti oleh 12 anak dari perwakilan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di seluruh DIY tersebut dimaksudkan untuk membentuk karakter bangsa yang bermoral sejak usia sekolah dengan memperkenalkan seni sebagai medianya.
"Selain itu, kegiatan ini juga sebagai evaluasi sekaligus sebagai ajang unjuk prestasi atas apa yang telah dipelajari anak-anak di sanggar seni tempat mereka belajar," kata ketua panitia festival, Parjaya di Tembi Rumah Budaya, Batul Yogyakarta, Sabtu (15/5).
Parjaya menambahkan, akhir-akhir ini, banyak sekali kejadian negatif yang dilakukan oleh sejumlah anak-anak muda seperti tawuran, miras dan narkoba, yang menurutnya sangat jauh dari budi pekerti luhur bangsa Indonesia.
"Untuk itu, melalui media wayang kulit ini, kami harapkan para generasi muda bisa kembali pada budi pekerti luhur nenek moyang kita. Tapi sayang, media wayang kulit sering dilupakan oleh berbagai pihak untuk menyampaikan pesan positif, padahal sangat efektif," paparnya.
Pada festival tersebut, panitia memberikan waktu seitar 30 menit kepada masing-masing peserta untuk menampilkan pertunjukan mereka sesuai dengan tema yang mereka pilih dan ciptakan masing-masing.
Meski membebaskan peserta untuk memilih tema lakon, panitia tetap menentukan kriteria untuk kemudian menentukan siapa yang terbaik di antara peserta ferstival.
"Kami menilai olah sabet, vokal, tembang, suluk, dialog, serta keprakan yang dilakan oleh dalang-dalang cilik tersebut. Siapa yang kira-kira mengumpulkan nilai tertinggi akan menjadi yang terbaik," tegasnya.
Hingga penyelenggaraannya yang ke-12 pada tahun ini, Parjaya mengaku bangga karena pada setiap tahunnya panitia mendapatkan peserta yang baru dengan kualitas mendalang yang semakin baik.
"Itu berarti regenerasi dalam perdalangan cilik di DIY cukup baik dan berjalan," Ujarnya.
Meski demikian, pihaknya mengaku masih cukup kesulitan untuk menggelar festival semacam ini. Masalah dana masih menjadi faktor klasik dalam menggelar festival seni budaya.
Untuk itu pihaknya mengaku harus mencari dana dan sponsor sendiri demi berlansungnya festival dalang. "Saya harus gresek-gresek untuk mencari dana kesana-kemari. Untung saya sempa mengajar juga di sejumlah tempat yang akhirnya mau memberikan dana untuk festival ini," tuturnya.
Kirim Komentar