Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta yang mampu menjadi 10 Kelurahan Terbaik Nasional dinilai berhasil karena memiliki empat zona unggulan yang tidak dimiliki oleh kelurahan lain di Indonesia. Empat zona tersebut adalah kampung wisata, kampung seni budaya, kampung kuliner dan kampung industri wisata.
Di Kelurahan Keparakan, empat zona tersebut diwakili oleh masing-masing Kampung Dipowinatan sebagai kampung wisata, Pujokusuman sebagai kampung seni budaya, Keparakan Lor sebagai kampung kuliner, dan Keparakan Kidul sebagai kampung industri kecil.
"Kelurahan Keparakan adalah satu-satunya kampung di Indonesia yang memiliki empat zona unggulan sekaligus yakni zona wisata, kerajinan, kuliner, dan seni budaya," kata Lurah Keparakan, Rajwan Taufiq, SIP di Kompleks Balaikota Yogyakarta, Kamis (12/8).
Dengan empat zona tersebut, empat kampung yang ada di kelurahan Keparakan akan saling mengisi antar satu dengan yang lainnya. Pada prinsipnya, seluruh kampung harus bersinergi untuk agar saling menguntungkan.
"Itu bisa dilakukan ketika ada wisatawan yang berkunjung ke Kampung Dipowinatan, kemudian diajak ke Kampung Keparakan Lor untuk berwisata kuliner. Di Keparakan Lor ada bakpia yang lain dari biasanya. Namanya adalah bakpia Pak Giat yang pantas menjadi jajanan kuliner wisatawan yang berkunjung," terangnya.
Rajwan menyatakan, prestasi yang diperoleh Kelurahan Keparakan tidak datang dengan tiba-tiba. Pada dua tahun sebelumnya pihaknya melakukan identifikasi potensi yang ada di kelurahannya yakni Dipowinatan, Pujokusman, Keparakan Lor, dan Keparakan Kidul. Selanjutnya masing-masing kampung dikembangkan sesuai dengan potensi.
Pengembangan masing-masing kampung dilakukan secara swadaya tanpa bantuan pemerintah. "Saat ini kami bahkan telah mempunyai kantor sendiri di Kampung Dipowinatan. Kami menyewanya Rp 12 juta per tahun," tuturnya.
Kelurahan yang dua kali berturut-turut ikut dalam lomba kelurahan tingkat nasional tersebut, kini mulai memetik hasil kerja keras yang selama ini dilakukan uoleh warga dan sejumlah pihak lain. Khususnya Kampung Dipowinatan yang resmi dicanangkan pada sebagai Kampung Wisata pada 4 November 2006 lalu.
Yang paling kentara adalah diresmikannya Rumah Ceko di Kampung Dipowinatan oleh Duta Besar Republik Ceko untuk Indonesia Mr. Pavel Rezac. Rumah tersebut diharapkan menjadi cikal bakal lahirnya The International Business Council, Cezch Section dan dapat menjadi sebuah titik pertemuan bukan saja untuk wisatawan mancanegara dari republik Ceko, tetapi juga untuk semua warga Ceko yang kebetulan ada di Yogyakarta untuk keperluan studi, bisnis atau jalan-jalan.
Sejak ramai dikunjungi oleh wisatawan, keempat kampung di Kelurahan Keparakan juga telah menuai hasil positif khususnya bagi warga masyarakat Keparakan Lor dan Kidul yang dulunya dinilai terdapat sejumlah keluarga miskin.
"Di Keparakan Lor, tahun 2008 lalu ada sekitar 50 pengusaha kuliner, data terakhir tahun 2009 meningkat menjadi 63 orang. Kalau Keparakan Kidul, tahun 2008 dulu hanya ada 23 pengusaha dengan 161 karyawan, tapi pada 2009 meningkat menjadi 29 pengusaha dengan 203 karyawan," tuturnya.
Sedangkan untuk jumlah wisatawan di Kampung Dipowinatan, meski jumlah pengunjungnya belum begitu banyak, tapi tingkat kunjungannya juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada 2008 lalu ada 236 wisatawan yang berkunjung, sedangkan pada 2009 ada 371 wisatawan dari Ceko dan Eropa Timur lainnya.
"Untuk setiap kali berkunjung, wisatawan dikenakan biaya $ 10 untuk masing-masing orang," katanya.
Tahun ini, Kelurahan Keparakan kembali terpilih menjadi 10 besar terbaik dalam Lomba Kelurahan tingkat nasional 2010. Keparakan berhasil terpilih dari sejumlah 8.072 kelurahan se-Indonesia dalam penilaian tahap pertama berupa seleksi administrasi.
Di Kelurahan Keparakan, empat zona tersebut diwakili oleh masing-masing Kampung Dipowinatan sebagai kampung wisata, Pujokusuman sebagai kampung seni budaya, Keparakan Lor sebagai kampung kuliner, dan Keparakan Kidul sebagai kampung industri kecil.
"Kelurahan Keparakan adalah satu-satunya kampung di Indonesia yang memiliki empat zona unggulan sekaligus yakni zona wisata, kerajinan, kuliner, dan seni budaya," kata Lurah Keparakan, Rajwan Taufiq, SIP di Kompleks Balaikota Yogyakarta, Kamis (12/8).
Dengan empat zona tersebut, empat kampung yang ada di kelurahan Keparakan akan saling mengisi antar satu dengan yang lainnya. Pada prinsipnya, seluruh kampung harus bersinergi untuk agar saling menguntungkan.
"Itu bisa dilakukan ketika ada wisatawan yang berkunjung ke Kampung Dipowinatan, kemudian diajak ke Kampung Keparakan Lor untuk berwisata kuliner. Di Keparakan Lor ada bakpia yang lain dari biasanya. Namanya adalah bakpia Pak Giat yang pantas menjadi jajanan kuliner wisatawan yang berkunjung," terangnya.
Rajwan menyatakan, prestasi yang diperoleh Kelurahan Keparakan tidak datang dengan tiba-tiba. Pada dua tahun sebelumnya pihaknya melakukan identifikasi potensi yang ada di kelurahannya yakni Dipowinatan, Pujokusman, Keparakan Lor, dan Keparakan Kidul. Selanjutnya masing-masing kampung dikembangkan sesuai dengan potensi.
Pengembangan masing-masing kampung dilakukan secara swadaya tanpa bantuan pemerintah. "Saat ini kami bahkan telah mempunyai kantor sendiri di Kampung Dipowinatan. Kami menyewanya Rp 12 juta per tahun," tuturnya.
Kelurahan yang dua kali berturut-turut ikut dalam lomba kelurahan tingkat nasional tersebut, kini mulai memetik hasil kerja keras yang selama ini dilakukan uoleh warga dan sejumlah pihak lain. Khususnya Kampung Dipowinatan yang resmi dicanangkan pada sebagai Kampung Wisata pada 4 November 2006 lalu.
Yang paling kentara adalah diresmikannya Rumah Ceko di Kampung Dipowinatan oleh Duta Besar Republik Ceko untuk Indonesia Mr. Pavel Rezac. Rumah tersebut diharapkan menjadi cikal bakal lahirnya The International Business Council, Cezch Section dan dapat menjadi sebuah titik pertemuan bukan saja untuk wisatawan mancanegara dari republik Ceko, tetapi juga untuk semua warga Ceko yang kebetulan ada di Yogyakarta untuk keperluan studi, bisnis atau jalan-jalan.
Sejak ramai dikunjungi oleh wisatawan, keempat kampung di Kelurahan Keparakan juga telah menuai hasil positif khususnya bagi warga masyarakat Keparakan Lor dan Kidul yang dulunya dinilai terdapat sejumlah keluarga miskin.
"Di Keparakan Lor, tahun 2008 lalu ada sekitar 50 pengusaha kuliner, data terakhir tahun 2009 meningkat menjadi 63 orang. Kalau Keparakan Kidul, tahun 2008 dulu hanya ada 23 pengusaha dengan 161 karyawan, tapi pada 2009 meningkat menjadi 29 pengusaha dengan 203 karyawan," tuturnya.
Sedangkan untuk jumlah wisatawan di Kampung Dipowinatan, meski jumlah pengunjungnya belum begitu banyak, tapi tingkat kunjungannya juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada 2008 lalu ada 236 wisatawan yang berkunjung, sedangkan pada 2009 ada 371 wisatawan dari Ceko dan Eropa Timur lainnya.
"Untuk setiap kali berkunjung, wisatawan dikenakan biaya $ 10 untuk masing-masing orang," katanya.
Tahun ini, Kelurahan Keparakan kembali terpilih menjadi 10 besar terbaik dalam Lomba Kelurahan tingkat nasional 2010. Keparakan berhasil terpilih dari sejumlah 8.072 kelurahan se-Indonesia dalam penilaian tahap pertama berupa seleksi administrasi.
Kirim Komentar