Pematung nasional Edhi Sunarso meluncurkan buku biografi "Meniti Jalan Pembebasan: Sebuah Otobiografi Edhi Sunarso", di Bentara Budaya Yogyakarta, Kamis malam (7/10).
Dalam bukunya tersebut, pematung yang dikenal lewat karya besarnya seperti Patung Selamat Datang dan Tugu Pancoran itu menceritakan kisah hidupnya pada jaman revolusi. Pada saat itu, Edhi bahkan tampil sebagai pejuang kemerdekaan yang gagah berani melawan tentara asing.
"Edhi Sunarso bahkan sudah mulai berjuan pada usia 13 tahun. Perpisahannya dengan orangtuanya sejak berusia 7 bulan menjadi kisah tersendiri baginya," kata Suwarno Wisetrotomo yang menyunting buku.
Selain bercerita tentang masa penjajahan, Edhi juga bertutur tentang awal mulanya tertarik dengan dunia seni rupa. "Seusai menjalani revolusi fisik, Edhi kemudian masuk ke Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta, yang sekarang tak lain adalah ISI Yogyakarta," terangnya.
Yang menjadi klimaks dalam buku ini adalah bagaimana Edhi mulai dikenal kenal oleh Presiden Soekarno. Konon, awal perkenalannya adalah kertika Adhi diberikan tugas untuk membuat Tugu Muda di Semarang.
"Monumen tersebut (Tugu Muda -red) menjadi titik tolak yang merubah hidup Edhi untuk kemudian menjadi pendiri monumen-monumen besar lainnya di Indonesia," tambahnya.
Diharapkan, kemunculan buku tersebut tak hanya bisa menjadi catatan pribadi bagi Edhi SUnarso dan keluarganya saja, tapi juga menjadi kesaksian hidup mengenai sejarah bangsa.
Buku tersebut tentuu juga bisa menjadi bagian dari catatan sejarah besar mengenai isu nasionalisme, budaya, seni, dan arsitektur. "Harusnya, buku ini juga bisa menjadi buku pembanding bagi buku-buku sejarah yang telah ada," tambahnya.
Dalam bukunya tersebut, pematung yang dikenal lewat karya besarnya seperti Patung Selamat Datang dan Tugu Pancoran itu menceritakan kisah hidupnya pada jaman revolusi. Pada saat itu, Edhi bahkan tampil sebagai pejuang kemerdekaan yang gagah berani melawan tentara asing.
"Edhi Sunarso bahkan sudah mulai berjuan pada usia 13 tahun. Perpisahannya dengan orangtuanya sejak berusia 7 bulan menjadi kisah tersendiri baginya," kata Suwarno Wisetrotomo yang menyunting buku.
Selain bercerita tentang masa penjajahan, Edhi juga bertutur tentang awal mulanya tertarik dengan dunia seni rupa. "Seusai menjalani revolusi fisik, Edhi kemudian masuk ke Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta, yang sekarang tak lain adalah ISI Yogyakarta," terangnya.
Yang menjadi klimaks dalam buku ini adalah bagaimana Edhi mulai dikenal kenal oleh Presiden Soekarno. Konon, awal perkenalannya adalah kertika Adhi diberikan tugas untuk membuat Tugu Muda di Semarang.
"Monumen tersebut (Tugu Muda -red) menjadi titik tolak yang merubah hidup Edhi untuk kemudian menjadi pendiri monumen-monumen besar lainnya di Indonesia," tambahnya.
Diharapkan, kemunculan buku tersebut tak hanya bisa menjadi catatan pribadi bagi Edhi SUnarso dan keluarganya saja, tapi juga menjadi kesaksian hidup mengenai sejarah bangsa.
Buku tersebut tentuu juga bisa menjadi bagian dari catatan sejarah besar mengenai isu nasionalisme, budaya, seni, dan arsitektur. "Harusnya, buku ini juga bisa menjadi buku pembanding bagi buku-buku sejarah yang telah ada," tambahnya.
Saya butuh 2 buku ini, dimana membelinya dan tata caranya
Saya mau pesan biografi Edhi Sunarso, dimana mencarinya dan berapa harganya. Terimakasih
Kirim Komentar