Seni & Budaya

Kampung Sebagai Basis Peradaban

Oleh : Margareta Endah W / Senin, 00 0000 00:00

Keberadaan kampung yang ada di tengah-tengah kota, tak pelak membuat kampung menjadi tempat tinggal yang tadinya penuh dengan kearifan lokal dan gotong royong yang tinggi beralih ke kampung yang punya ciri dengan masyarakatnya yang tak mau "ketinggalan jaman".

Untuk itulah sejumlah orang yang terdiri dari beberapa pakar sejarah, arsitek dan masyarakat lokal dari beberapa kampung yang ada di Jogjakatra mencoba mengembalikan arti atau makna sebuah kampung. Lewat diskusi "Membaca Ulang Driyakara: Seni Rupa, Politik Ruang, Dan Identitas Kampung" yang diadakan di ruang Kadarman lantai tiga Gedung Pusat Universitas Sanata Dharma Jl. Affandi, Mrican, Yogyakarta (18/12), beberapa orang mencaoba berdiskusi peran kesenian dalam sebuah kampung.

Dalam diskusi yang diadakan secara sederhana itu, Romo Budi Subanar mengatakan bahwa ada nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam membangun sebuah kampung. "Jika sudah menemukan nilai-nilai tersebut, maka ketika kampung itu berkembang nilai-nilai tadi harus mempunyai arti", ujarnya.

Mural, dalam diskusi ini menjadi salah satu media berkesenian yang menjadi pembicaraan untuk membantu mengembangkan nilai-nilai yang ada dalam kampung tersebut. Memang, tak semua orang dapat menerima keindahan mural yang dilukis di tembok-tombok rumah warga.

"Apakah seni itu hanya dipakai untuk memperindah saja?," tanya seorang peserta diskusi. Romo Banar disini manjawab dengan bijak, Romo mengatakan bahwa, seni dalam hal ini mural tidak hanya dipandang sebagai alat untuk memperindah saja. Melainkan alat untuk "menjinakkan tembok-tembok yang kelihatannya hanya biasa-biasa saja. "Contoh, pilar-pilar penyangga yang ada di bawah jembatan layang itu kalau tidak diberi mural, ya akan menjadi pilar-pilar yang terlihat "seram". Tapi sekarang setelah dimural, dibawah jembatan itu sekarang seperti taman. Dan menarik banyak orang," ujar Romo Banar.

Hardoko seorang aktivis kampung dari kampung Kranggen mengatakan bahwa, ia bangga menjadi orang kampung. Nilai-nilai gotong royong, toleransi dan kearifan lokal yang ada di kampung menjadikan kampung sebagai basis peradaban. Ada banyak hal yang bisa Hardoko buat untuk kampung. "Saya bisa membuat banyak karya untuk kampung. Bisa mengeksplorasi kesenian dan mengembagkan realitas yang ada di kampung. 

Banyak orang juga mempertanyakan apakah mural merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah terhadap pencarian nilai-nilai ini. Melihat semua orang tak bisa menerima seni mural begitu saja.Menurut Eko Prawoto, bahwa apa pun yang menjadi media untuk menumbuhkan nilai-nilai suatu kampung tak menjadi soal. "Yang penting bukan hasil. Melainkan proses," pungkasnya.

0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini