
Menurut cerita, adat Saparan Bekakak ini sudah muncul sejak tahun 1755 pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono masih tinggal di Pesanggrahan Ambarketawang. Di belakang rombongan pembawa pengantin Bekakak, ada juga rombongan yang membawa replika Genderuwo yang melambangkan makhluk penungguh wilayah Gunung Gamping pada jaman Sri Sultan Hamengku Buwono tinggal di Pesanggrahan Ambarketawang. Warga Sleman berjubel dikanan kiri jalan yang dilewati arak-arakan kirab menjadi satu dalam suasana riang menyaksikan puluhan peserta kirab yang menggunakan berbagai macam dan bentuk atribut kirab meskipun hujan deras. Dalam kirab budaya tersebut, bekakak dikirab menuju dua lokasi yaitu di Gunung Gamping dan Gunung Keliling yang ada di daerah tersebut. Dua pasang Bekakak diwujudkan dalam bentuk pengantin pria dan wanita dan terbuat dari campuran tepung beras dan tepung ketan itu akhirnya disembelih di dua lokasi. Yaitu di Gunung Ambarketawang dan di Gunung Keliling. (photo by ryoardi).
Kirim Komentar