Hotel Hyatt Regency Yogyakarta jam 07.00 pagi telah riuh oleh rombongan Delegasi Parlemen Eropa yang akan berkunjung ke sebuah lokasi yang bernama Desa Kebon, Bayat Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Mereka tertarik akan keberhasilan Indonesia dalam membangun demokrasi, keberagaman dan pembangunan. Setelah serangkaian pertemuan dengan para pemimpin Indonesia di Jakarta, kesepuluh delegasi parlemen Eropa mengunjungi Yogyakarta dan Jawa Tengah untuk secara langsung mengunjungi proyek kerjasama hasil pendanaan di bawah komponen Program EU SWITCH Asia.
Rombongan dari Delegasi Parlemen Uni Eropa maupun rekan media berangkat menuju Desa Kebon, Bayat Kabupaten Klaten Jawa Tengah yang pada tahun 2006 terkena gempa bumi dan di 2010 lalu juga terkena dampak erupsi merapi. Atas permintaan pemerintah Indonesia, maka didirikanlah Java Reconstruction Fund dimana organisasi ini merupakan sebuah wujud dukungan dan usaha pemulihan terhadap gempa bumi di Jawa dan tsunami di Jawa Barat. World Bank bertindak sebagai wali amanat. Sebagai kontributor terbesar, Uni Eropa duduk sebagai mitra pemerintah Indonesia dan World Bank. JRF memobilisasi dukungan dari tujuh donor dengan total bantuan senilai US$ 94 juta.
Setelah sampai di lokasi desa batik tulis, rombongan kemudian disambut oleh para pengrajin di Desa Kebon dan pihak-pihak terkait dari pemerintahan. Sebelum memberikan beberapa Review mengenai kesuksesan program batik ramah lingkungan ini, Anggota Parlemen Uni Eropa mendapatkan suguhan lagu menarik dari JRF yang dinyanyikan oleh para pengrajin di desa batik tersebut. Nuansa kebersamaan sangat terasa diantara masyarakat Klaten dengan delegasi parlemen. Proyek Batik Ramah Lingkungan ini ditujukan untuk meningkatkan indikator dari industri batik Indonesia dengan mempromosikan proses produksi yang ramah lingkungan, untuk menciptakan konsumen yang sadar lingkungan, dan untuk menciptakan kebijakan lingkungan yang mendukung dan mendorong produksi berkesinambungan diantara UKM batik di Indonesia.
Waktu semakin siang, Delegasi Parlemen Uni Eropa kemudian diperlihatkan mengenai proses pembuatan batik secara alami. Menurut salah seorang koordinator dari JRF, semua proses pembuatan dilakukan oleh kaum ibu rumah tangga. Ini merupakan sebuah langkah pemberdayaan perempuan di desa tersebut. Meskipun bernilai budaya tinggi, namun produksi batik saat ini dianggap kurang ramah lingkunagn. banyak pabrik yang beroprasi menggunakan air, lilin, pewarna kimia dan bahan pemutih yang berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan. Air limbah juga merupakan penghasil bahan karsinogenik yang sering dibuang langsung ke sungai tanpa filtrasi. Semua masalah tersebut coba dicarikan solusinya. caranya adalah memperkenalkan alternatif yang murah dan ramah lingkungan namun banyak otoritas lokal mengalami kesulitan untuk menyakinkan para produsen batik untuk mengubah metode tradisional; tersebut.
Selama kunjungan di kedua provinsi, Delegasi Parlemen Uni Eropa akan melihat seberapa jauh hasil kerjasama antara Uni Eropa dan Indonesia dalam proyek bantuan dan pembangunan, termasuk usaha rekonstruksi di yogyakarta setelah terjadinya gempa 2006. Pada 20 oktober 2006, Uni Eropa telah memobilisasi bantuan donor dengan jumlah dana US$ 95.22 juta dalam rangka mendukung pemerintah Indonesia dalam merekonstruksi, merehabilitasi dan memulihkan mata pencaharian masyarakat korban gempa bumi di Yogyakarta, Jawa Barat, dan Jawa tengah. "Saya berharap mendapatkan wawasan langsung mengenai dinamika dan keberagaman hubungan antara uni Eropa dan Indonesia," kata Dr Langen.
Kirim Komentar