![](/images/upload/20110309_Konferensi.jpg)
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam. Namun meskipun sudah berkali-kali terjadi bencana, sepertinya bangsa ini belum cepat dalam menanggapi dan belum berpengalaman dalam menangani bencana alam. Hal seperti ini terulang-ulang terus sejak Tsunami di Aceh, Mentawai dan tragedi letusan Gunung Merapi yang terjadi pada Oktober 2010 tahun lalu.
Hal semacam ini menunjukkan persoalan mendasar dalam konteks penanganan bencana. Sebenarnya pemerintah telah menyusun rangkain perencanaan, kebijakan dan instrumen lain untuk menghadapi bencana. Akan tetapi saat diaplikasikan di lapangan, masalah selalu muncul. Oleh sebab itu, diperlukan manajemen pengaturan bencana yang integratif dan komprehensif yang harus mencakup persiapan masyarakat sebelum, saat bencana dan sesudah terjadi bencana.
Para ahli bencana mengungkapkan bahwa bencana bukan merupakan sebuah fenomena yang memiliki akar tunggal. Sebuah bencana yang bersifat destruktif tidak akan terjadi bila masyarakatnya memiliki kesiapan. Terjadinya korban jiwa dan kerugian material mengisyaratkan ketidaksiapan individu, komunitas maupun institusi dalam menghadapi resiko bencana. Jadi sebenarnya bencana itu memperlihatkan adanya sesuatu yang tidak berjalan baik dalam pengelolaan resiko bencana di masyarakat.
Acara yang diselenggarakan pada Rabu & Kamis (9-10/03) di Gedung Pasca Sarjana lantai 5 UGM ini bertujuan untuk mencapai sebuah formula yang tepat untuk membangun kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Fokus dalam konferensi ini adalah bagaimana cara melaksanakan kegiatan preventif dan mengurangi jumlah kerugian yang saat terjadi bencana sangat besar. Isu dalam konferensi ini adalah bagaimana cara menyiapkan masyarakat sebelum bencana, mengidentifikasi berbagai modal sosial yang berguna untuk membangun kesiapan dan kemandirian masyarakat serta menelaah jejaring struktural yang mampu memfasilitasi pembentukan masyarakat yang siap dengan bencana.
Secara khusus, konferensi ini menekankan pada dua hal yang perlu untuk dibahas. Antara lain peran pemerintah dan kesiapan masyarakat. pemerintah bertindak sebagi institusi yang berkewajiban melindungi rakyat dan masyarakat yang saat ini masih memiliki cara pandang tradisional dalam menyikapi sebuah resiko bencana dan tidak mengindahkan himbauan pemerinatah. Selalu saja banyak alasan mengapa masyarakat susah diungsikan, karena alasan harta benda, harus menjaga rumah, dan alasan lain yang bersifat mitologis.
Hadir sebagai pembicara utama yaitu Prof. Dr. Ali Gufron (Manajemen Resiko Bencana), Dr. Sri Nuryani (Bertani Selaras Alam di lereng Merapi), Prof.Dr. Kwartarini, Prof. Dr. Heddy Ahri Ahimsa-putra, Dr. Arqom Kuswanjono, Dr. Nur Ikhwan, serta Prof. Dr. Sudibyakto.
Kesiapan menghadapi bencana dalam hal ini tidak sekedar penyiapan struktur dan insfrastruktur namun juga penyiapan individu melalui kurikulum pelatihan yang memuat pengetahuan dasar penyelamatan diri bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Kemandirian juga menjadi kunci dasar dalam proses pembangunan kesiapan masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, identifikasi sumber lokal, baik fisik maupun pengetahuan lokal, yang berpotensi memiliki peran efektif dalam upaya-upaya penyelamatan menjadi penting untuk dilakukan.
Kirim Komentar