Dalam rangka melestarikan budaya serta nguri-uri warisan leluhur, Dinas Kebudayaan Propinsi DIY akan menyelenggarakan kegiatan Sarasehan Adat Suran, Jamasan Pusaka dan Pagelaran Wayang Kulit di Bangsal Wiyoto Projo Kepatihan Yogyakarta pada Sabtu (03/12) mulai jam 08.00 WIB, yang diawali dengan kegiatan sarasehan. Demikian disampaikan oleh Joko Heri Tjahyono selaku pengampu pelaksana teknis kegiatan tersebut dikantornya Jl. Cendana 11 Yogyakarta.
Beberapa jenis kegiatan telah dipersiapkan seperti Sarasehan Adat Suran, Jamasan Pusaka serta Pagelaran Wayang Kulit di
Bangsal Kepatihan dihari yang sama.
Lebih lanjut, Ia mengungkapkan bahwa pagelaran wayang kulit yang akan dibawakan oleh dalang Ki Seno Nugroho tersebut
mengambil judul Wahyu Purbosejati.
Jamasan pusaka juga merupakan bagian acara yang tidak terpisahkan dibulan muharram ini. Seperti diketahui, pusaka merupakan
identitas pribadi bagi pemiliknya. Sehingga sifat baik dan buruk bisa diketahui dari pusakanya.
Untuk memelihara keberadaan pusaka (keris dan tombak), maka sangat dianjurkan bagi pemilik untuk menjamas pusaka yang
dimiliki. Joko menegaskan bahwa jamasan tersebut bukanlah aksi ritual yang bisa dikaitkan dengan syirik, namun sekedar
aktivitas budaya yang perlu dilestarikan.
"Untuk jamasan pusaka sendiri akan dimulai pada jam 13.00 WIB hingga jam 15.00 WIB, sehingga bagi yang ingin mengetahui tata cara
menjamas, bisa datang ke Kepatihan secara gratis," jelas Joko pada Tim Gudegnet pada Kamis (01/12).
Lebih lanjut Humas Dinas Kebudayaan Propinsi DIY, yang pada siang itu diwakali oleh Sdr. Doni, mengatakan bahwa keris
merupakan benda pusaka yang kini mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan tak benda yang memiliki nilai historis
tinggi.
"Negara diluar sana ada pandangan lain pada tradisi budaya kita seperti wayang, angklung, batik, tari saman dan keris,
sehingga kegiatan jamasan merupakan bentuk aksi nguri-uri kabudayan khusunya pada keris yang diwujudkan dalam kegiatan Suran
tersebut," pungkas Doni pada Tim Gudegnet.
Kirim Komentar