Minat Konsumen Musik Cenderung ke Digital

Minat konsumen dalam menikmati industri musik memang telah berubah. Era 90-an hingga 2000-an merupakan waktu emas bagi perusahaan rekaman untuk menjual jutaan kopi baik dalam bentuk kaset maupun CD. Sheila on 7 misalnya, band asli kota Gudeg ini berhasil menjual jutaan kopi diseluruh Indonesia, namun kini, pasar telah berubah.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Assistant Manager Local Repertoire, Tommy Imam Pratomo kepada Tim Gudegnet saat ia berkunjung ke Jogja belum lama ini. Dalam bincang-bincang tersebut, ia melihat era digital dewasa ini membuat penjualan fisik berbentuk kaset dan CD turun drastis.

"Analoginya, kalau album itu dikeluarkan sekarang, besok sore album bajakannya sudah keluar dipasaran," terangnya. keadaan seperti ini membuat banyak perusahaan rekaman harus segera merespon perubahan, karena bila tidak, akan mematikan perusahaan itu sendiri atau bangkrut.

Ia menerangkan bahwa perubahan perilaku konsumen membuat banyak perusahaan rekaman harus kreatif ditengah fluktiatifnya minat konsumen. "Kami merespon untuk segera menerima tawaran dari restoran cepat saji untuk membantu pendistribusian CD dari artis-artis kami, mereka memiliki store yang banyak, diharapkan akan membantu penjualan," tukasnya.

Keuntungan dari penitipan distribusi secara langsung ini sebenarnya lebih menguntungkan ketimbang harus menjual kaset ke toko kaset. dalam kurun waktu 3 hingga 6 bulan, bila distribusi itu dilimpahkan ke toko kaset hanya mampu terjual 1000 hingga 5000 buah dalam waktu tiga hingga enam bulan.

Ditambah lagi, pasar RBT dari Oktober 2011 lalu mengalami penurunan, sehingga langkah terbaik untuk menaikkan potensi pasar adalah dengan menggandeng iTunes Store Indonesia untuk mendistribusikan album dari artis-artis dari Sony Music. "Tahun 2013 ini kami menjalin kerjasama dengan iTunes, peluang ini menjadi sangat besar mengingat keinginan pasar telah berubah, sistem download lagu baik single atau album bisa menjadi jawaban tantangan market kedepan," pungkasnya.