Faatimah Berjilbab Putih
Minoritas muslim Amerika serikat terutama kaum wanita harus bekerja ekstra keras menghadapi tuntutan kehidupan. Mereka harus berpendidikan tinggi untuk mendapatkan posisi tawar lebih dari kaum mayoritas di Amerika Serikat.
Demikian disampaikan oleh Faatimah Jariq imigran asal Kepulauan Karibia membuka presentasi mengenai Perempuan Muslim di Amerika Serikat di Pusat Kajian Islam dan Transformasi Sosial (LKIS) Sorowajan, Bantul, Yogyakarta.
Faatimah sendiri merupakan mahasiswi Bryn Mawr College Pennsylvania jurusan Hubungan Internasional yang melakukan program belajar musim panas di Indonesia selama 8 minggu bersama 6 mahasiswa lainnya.
Diskusi yang berlangsung selama 2 jam tersebut menceritakan kisah minoritas wanita muslim di Amerika. "Agar wanita muslim tidak menganggur saja di rumah, mereka harus menempuh pendidikan tinggi agar dapat diterima bekerja di Amerika." jelas Faatimah.
Sebagaian besar wanita muslim disana kuliah di bidang kesehatan hingga jenjang Masters, Doctorate, atau PhD. Profesi yang menjanjikan gaji besar menjadi idola wanita muslim di Amerika seperti dokter bedah, perawat dan dokter umum, tambah Faatimah.
Saat Tim Gudegnet bertanya mengenai cara pemerintah memperlakukan perempuan muslim yang bermukim di Amerika, diakui Faatimah memang masih rendah. "Oleh karena kebanyakan adalah imigran dari luar, menjadikan warga muslim bukan menjadi prioritas,"
Banyak wanita muslim yang mengenakan hijab disadari susah mendapatkan pekerjaan yang layak bila tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Menurutnya, sebagian besar hanya bekerja di sektor informal seperti penjaga bandara, bekerja di supermarket dan berwirausaha seperti membuat butik.
"Kami minoritas bila tidak pintar dan berpendidikan tinggi maka tidak akan menjadi apa-apa," tutupnya.
Kirim Komentar