Banyak warga terdampak letusan gunung berapi menganggap abu yang turun adalah berkah. Pun bebatuan dan pasir yang mengalir. Bahkan, ada kepercayaan abu menjadi "pupuk alami" bagi tanaman. Pakar Ilmu Tanah dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Dr. Ir. Benito Heru Purwanto menjelaskannya dari sisi ilmu pengetahuan.
Menurutnya, awalnya abu vulkanik dapat mematikan tanaman karena stomata daun tertutup material. Peristiwa itu mengakibatkan proses fotosintesis tanaman terhambat sehingga pertumbuhan tanaman lebih lambat dan hasil panen berkurang. Bahkan petani bisa rugi. Cara mengatasinya ialah dengan menyiramkan air bersih ke tanaman agar stomata dapat bekerja seperti semula. "Jika debu hilang, tanaman akan hidup, tumbuh dengan baik," katanya.
Meskipun begitu, abu vulkanik dalam kurun waktu tertentu akan membuat tanah menjadi subur serta berkembang secara baik karena mengandung unsur hara seperti magnesium, kalsium, natrium, kalium serta fosfor.
Sebaiknya petani mencampurkan tanah dan abu vulkanik sebagai media tanam. "Dberi konsentrat pupuk dan disiram air," katanya. "Maka media tanam yang dihasilkan akan baik."
Sedangkan kecepatan pemulihan lahan itu ditentukan ketebalan abu yang menempel. Menurut Benito, bila kurang dari 5 sentimeter, para petani boleh merasa lega. "Karena tidak berdampak pada pertanian," katanya. "Apalagi kalau yang diendapkan debu vulkanik halus."
Ia menambahkan hal itu justru akan menaikkan unsur hara di dalam tanah. "Hikmahnya tanah menjadi subur," pungkasnya.
Editor : Albertus Indratno
Kirim Komentar