Musim peralihan dari kemarau menuju musim hujan sering disebut dengan pancaroba. Musim ini sangat rentan dengan cuaca ekstrim seperti banjir, tanah longsor dan angin kencang. Demikian informasi tersebut diungkapkan oleh Pakar cuaca dan iklim UGM, Dr. Emiliya Nurjani, M.Si. saat bertemu dengan Tim GudegNet siang ini.
Kota Jogja sendiri memiliki potensi besar terjadi angin puting beliung dikarenakan suhu udaranya lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. "Kota Jogja menjadi kawasan yang pusat tekanannya rendah, massa udara terhisap dari arah sekitarnya," ungkapnya.
Hal ini berakibat bahwa kemunculan puting beliung menjadi besar karena angin akan menuju ke daerah yang memiliki suhu lebih panas. Ia juga melanjutkan keterangannya bahwa daerah yang memiliki pembangunan besar pun memiliki tingkat kerawanan tinggi terjadi angin kencang.
"Terdapat banyak bahan material yang mudah menyimpan panas. Disamping itu, wilayah yang sedikit memiliki tutupan lahan alami juga rawan timbul angin kencang,"
Ia pun menekankan bahwa terbentuknya angin puting beliung sangat dipengaruhi oleh tingkat pemanasan di permukaan bumi. Ciri khasnya terjadi puting beliung yakni ada perbedaan suhu udara yang cukup ekstrim dari suhu udara tinggi tiba-tiba terjadi pendinginan.
Selanjutnya tanda-tanda akan terjadi angin kencang antara lain beberapa hari sebelumya udara di malam hari hingga spagi hari panas namun dengan kelembaban udara tinggi. "Selanjutnya terlihat awan cumulonimbus berbentuk seperti bunga kol berwara abu-abu terbentuk dalam jumlah banyak dalam waktu singkat," tutupnya.
Kirim Komentar