Kini 15.93 % penyandang tuna netra di Indonesia memiliki peluang besar untuk berwirausaha lebih aktif dengan adanya penciptaan timbangan digital melalui mode suara maupun dengan huruf braile. Ide unik ini diciptakan oleh kelompok PKM KC Rama Shinta Fakultas Mipa Jurusan Elektronika & Instrumentasi UGM angkatan 2010 dan 2011.
Arif A Aziz dan 4 orang temannya beberapa waktu lalu telah melakukan riset di RS Dr YAP melalui Badan Sosial Mardi Wuto. "Kami mencari info, peluang apakah yang bisa diciptakan agar para penyandang tuna netra dapat memiliki usaha sendiri dan tak bergantung pada orang lain, oleh sebab itu kami kemudian merealisasikan keinginan mereka dengan membuat timbangan digital ini," ungkapnya.
Timbangan digital ini secara keseluruhan menghabiskan dana sebesar 4 juta rupiah. Terdiri dari komponen micro controller, modul suara dan sensor load cell, Lcd, speakers. Kemudian terdapat mode suara dan mode huruf braile yang difungsikan untuk memudahkan penyandang tuna netra dan penyandang disabilitas lainnya.
Secara umum timbangan ini memiliki ukuran 25 x 30 cm, dapat mengukur berat beban sebesar 10 gram dan maximal 10 kg. Arif pun berharap dengan adanya timbangan digital ini diharapkan dapat membantu para penyandang disabilitas untuk berwira usaha secara mandiri. "Kami harap seperti itu, semoga bermanfaat," tutupnya.
Kirim Komentar