Lahan pasir memang selalu menjadi lokasi tepat untuk menanam palawija. Daerah berpasir yang sudah digunakan yakni di Kulon Progo, Bantul dan Gunung Kidul. Namun jika musim panas tiba, upaya pemberian air kedalam tanah memang masih berbekal insting. Oleh karena itu, ada sebuah usaha yang dilakukan oleh mahasiswa UGM mengembangkan alat bernama Integrated Irrigation System.
Pengembang alat ini diantaranya adalah Shofwatul Fadilah, Utik Tri Wulan Cahya, Haryo Prastono, Dwi Noor Rohmah & Mohammad Taufik Hidayatullah. 5 mahasiswa jurusan Teknologi Pertanian menciptakan alat berkendali otomatis berbasis mikrokontroler. sistem irigasi tetes ini dipadukan dengan sistem pembasuhan garam pada daun tanaman pertanian di lahan pasir pantai.
Intinya, alat ini akan menyiram secara otomatis ketika tanaman membutuhkan air. Sistem pendekatannya melalui titik layu. Kemudian air akan berhenti ketika tanah mencapai batas kemampuan untuk menampung air melalui sensor kadar lengas tanah.
Irigasi model ini pun akan mengaktifkan irigasi curah secara otomatis guna membasuh daun saat kadar garam di udara mencapai batas maksimal yang dapat merusak fisiologis daun melalui pembacaan sensor kadar garam di udara.
Menurut Taufik, melalui alat kendali ini, penjadwalan irigasi dan jumlah air yang diberikan, dapat dilakukan secara presisi dan tanaman yang tumbuh pun dapat berkembang secara lebih optimal dengan pembasuhan garam pada permukaan daun. Semogapenemuan ini semakin bermanfaat ya.
Kirim Komentar