Gegap gempita pemilihan walikota Yogyakarta sudah terasa. Riuh obrolan di sosial media atau angkringan mengarah kepada siapa sosok yang akan menjadi orang nomor satu di kota Istimewa ini. Tak peduli lewat jalur independen atau partai politik, ada 9 Pitutur Jawa yang sebaiknya dihidupi pemimpin kota itu. Siapa pun dia dan dari mana asalnya.
Nah, ini dia daftarnya. Simak ya!
#1 Tatag, teteg, tangguh, tanggon, tutug.
Seorang pemimpin harus menjadi pribadi yang tatag (tegar), teteg (kuat atau tak tergoyahkan), tangguh atau dapat diandalkan. Selain itu pemimpin sebaiknya tanggon atau paham akan permasalahan serta tutug atau bisa menyelesaikan persoalan dengan baik sesuai tujuan yang diharapkan.
#2 Aja leren yen durung katekan sedyamu. Aja kemba ing gawe yen arep kasembadan ciptamu
Ibarat sebuah perlombaan, pemimpin harus terus berlari sampai tercapai tujuan yang diharapkan serta tidak pernah jenuh bekerja hingga terwujud cita-citanya.
#3 Becik ketitik, ala ketara, bener ketenger
Percayalah, segala sesuatunya pasti terungkap. Pitutur itu sebagai pedoman untuk menghindari kejahatan dan tetap memperjuangkan kebaikan. Segala sesuatu yang baik, buruk atau pun benar akan tampak walaupun sebelumnya tertutup.
#4 Aja dumeh pinter, tumindakmu dadi keblinger
Seorang pemimpin, setinggi apapun jabatannya, sebanyak apapun gelarnya, ia seorang pembelajar yang tak pernah selesai. Pitutur Jawa itu artinya jangan pernah merasa paling pandai dan sombong lalu bertindak menyimpang.
#5 Aja rumangsa paling bisa, nanging bisa ngrumangsa
Pemimpin memiliki kuasa politis. Sedangkan hal-hal lainnya, ia perlu membagi tugas dan tanggung-jawabnya. Saat memimpin, sebaiknya tidak merasa paling bisa tetapi harus berani mengukur kemampuan diri.
#6 Maca iku laku tumuju gapuraning rahayu
Pemimpin sebaiknya menghidupi kebiasaan membaca. Membaca dalam konteks yang lebih luas adalah memahami atau memperhitungkan. Semisal; memahami persoalan sosial atau memperhitungkan risiko atas sebuah keputusan. Pitutur atau perkataan itu secara jelas ingin menunjukkan bahwa membacalah untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan.
#7 Neng – ning – nung – nang
Pemimpin sebaiknya neng – ning – nung –nang. Seperti namanya neng atau meneng yang maknanya diam. Dimana segala sesuatu harus dimulai dari sikap diam, tenang sambil memuji Tuhan. Setelah diam, seorang pemimpin masuk ke dalam ning yang berarti wening atau bening. Setelah berserah kepada Tuhan lalu muncul kejernihan hati. Kejernihan itulah yang memberi nung (hanung) yang maknanya kekuatan. Dan pada akhirnya nang; menang atau kekuasaan dari Tuhan-lah yang terwujud.
#8 Elingo yen anane kemajuan saka sethithik
Pitutur itu bermakna bahwa ingatlah bahwa kemajuan diperoleh dari sedikit demi sedikit. Sebelum bicara perkembangan kota, seorang pemimpin harus memastikan ada perbaikan kualitas diri terlebih dulu, lalu berkembang kepada hal-hal kecil lainnya barulah mencapai perubahan yang ukurannya lebih besar.
#9 Memayu hayuning bawana
Setiap pemimpin pada khusunya atau manusia secara umum sebaiknya mengusahakan keselamatan dan kelestarian bagi bumi atau dunia yang ditempati.
Semoga pitutur Jawa itu juga berguna bagi pembaca semua.
Kirim Komentar