Menteri Kesehatan Nila Moeloek telah mengeluarkan himbauan perjalanan (travel advisory) ke Singapura pada Rabu, 31 Agustus 2016. Travel advisory dikeluarkan Indonesia, menyusul bertambahnya jumlah pasien di Singapura yang terinfeksi virus zika, dari 41 orang pada Senin, 28 Agustus 2016 lalu menjadi 82 orang dalam 3 hari kemudian. Masyarakat Indonesia diharapkan mempertimbangkan kembali rencana kepergian ke Singapura, terutama ibu hamil. Apa yang perlu diketahui tentang virus ini?
Virus Zika (ZIKV) adalah anggota keluarga flavivirus yang menyebar melalui gigitan nyamuk. Wabah telah terjadi di Afrika dan Kepulauan Pasifik, bahkan ZIKV telah menyebar ke Benua Amerika, di mana 10 negara telah memastikannya pada pertengahan Desember 2015. Gejala penyakit ini biasanya ringan dengan gejala khas berupa demam, ruam kulit, nyeri sendi, dan radang mata atau konjungtivitis. Namun demikian, infeksi selama kehamilan dapat dikaitkan dengan hasil kelahiran yang buruk. Mulai awal Desember 2015, lebih dari 1.000 kasus mikrosefali atau ukuran lingkar kepala bayi lebih kecil dari normal, telah dilaporkan di antara bayi yang baru lahir di Brasil. Angka ini menunjukkan peningkatan 20 kali lipat dalam tingkat mikrosefali dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, bertepatan dengan munculnya wabah ZIKV di Brasil.
Infeksi ZIKV dapat menyebabkan GBS (Guillain–Barré Syndrome) atau kelumpuhan pada anak, dan mikrosefalus atau kelainan neurologis lainnya pada bayi baru lahir, bila infeksi ZIKV terjadi pada ibu hamil. Bayi yang lahir dengan mikrosefalus pada umumnya tidak ada gejala lain pada saat lahir, tetapi tetap berpotensi akan menjadi epilepsi, cerebral palsy, ketidakmampuan belajar, gangguan pendengaran dan penglihatan. Dalam beberapa kasus yang lebih jarang, anak dengan mikrosefalus tetap dapat berkembang sepenuhnya normal. Tidak ada pengobatan khusus untuk mikrosefalus. Sebuah tim multidisiplin penting untuk menilai dan merawat bayi dan anak dengan mikrosefalus.
Intervensi dini dengan program stimulasi dan terapi bermain, mungkin dapat menunjukkan dampak positif pada perkembangan anak. Selain itu, konseling keluarga dan dukungan bagi orang tua juga sangat penting.
Otoritas kesehatan telah menerapkan berbagai langkah kesehatan masyarakat, termasuk melaksanakan edukasi, menyebarkan informasi, dan meningkatkan komunikasi dengan masyarakat. Selain itu, juga melakukan kegiatan pengendalian vektor nyamuk. Jarak yang dekat antara tempat perkembangbiakan nyamuk sebagai vektor dan tempat tinggal manusia, merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya infeksi ZIKV. Pencegahan dan pengendalian bergantung pada kegiatan yang dapat mengurangi sarang nyamuk, melalui 3M yaitu mengubur, menguras dan menutup tempat penampungan air bersih. Selain itu, juga pengurangan kontak antara nyamuk dan manusia. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi jumlah habitat berisi air alami dan buatan yang mendukung perkembangan jentik nyamuk, mengurangi populasi nyamuk dewasa dan dengan menggunakan hambatan seperti kelambu anti serangga, pintu dan jendela tertutup, pakaian panjang dan obat oles penolak nyamuk. Karena nyamuk Aedes (vektor utama untuk transmisi virus) menggigit di siang hari, maka dianjurkan mereka yang tidur pada siang hari, anak-anak terutama anak muda, orang sakit atau tua, harus beristirahat di bawah perlindungan kelambu dengan atau tanpa insektisida, untuk memberikan perlindungan menyeluruh. Obat nyamuk atau alat penguap insektisida lain juga dapat mengurangi kemungkinan digigit.
Diagnosis virologi untuk ZIKV menggunakan sampel serum darah yang dikumpulkan pada tabung kering. Gejala klinis infeksi ZIKV biasanya cenderung ringan, sehingga gejala awal bisa luput dari perhatian dokter, dan mengurangi kesempatan untuk proses mengambil sampel darah. Meskipun periode viremia masih belum sepenuhnya terjadi, RNA virus telah terdeteksi dalam serum hingga hari ke 10 setelah timbulnya gejala. ZIKV RNA juga telah terdeteksi dalam urin selama dalam fase akut, yang berarti urin dapat menjadi contoh alternatif sampel untuk dipertimbangkan. Namun dianjurkan sampel serum diambil dalam 5 hari pertama setelah timbulnya gejala.
Diagnosis serologis dengan sampel darah ditujukan untuk mendeteksi antibodi IgM-ZIKV dengan ELISA atau tes imunofluoresensi pada spesimen serum, dalam 5 hari pertama setelah timbulnya gejala. Apabila pemeriksaan serum tunggal pada fase akut belum dapat dipastikan dan baru sekedar dugaan, disarankan untuk pengambilan sampel kedua pada 1-2 minggu setelah sampel pertama, untuk melihat adanya serokonversi yaitu perubahan dari negatif menjadi positif, atau peningkatan empat kali lipat pada titer antibodi dengan tes kuantitatif. Interpretasi dari tes serologi sangat penting untuk diagnosis ZIKV. Dalam kasus infeksi primer atau infeksi pertama oleh flavivirus dapat terlihat adanya reaksi silang antibodi dengan virus lain yang terkait genetik, terutama dengue, demam kuning dan West Nile.
Pada 1 Februari 2016, WHO telah menyatakan peningkatan kasus mikrosefalus saat wabah infeksi virus Zika, sebagai sebuah Kepedulian International untuk kondisi Darurat Kesehatan Masyarakat (Public Health Emergency of International Concern). ‘Travel advisory’ untuk masyarakat Indonesia yang akan bepergian ke Singapura, merupakan salah satu bentuk kepedulian tersebut. Apakah kita juga sudah peduli?
Sekian
Yogyakarta, 1 September 2016
*) dokter spesialis anak, Alumnus S3 UGM
Kirim Komentar