Pada Hari AIDS Sedunia Kamis, 1 Desember 2016, kita diingatkan akan adanya 735.256 orang di Indonesia yang hidup dengan HIV (Human Imunodeficiency Virus) dan berisiko menjadi AIDS. Peringatan dengan tema ‘getting to zero’ bertujuan untuk mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030 (END AIDS BY 2030). Programnya termasuk penggunaan metode tes HIV yang inovatif, pendekatan pengobatan sesuai dengan keberagaman karakter pasien, dan menawarkan spektrum yang lebih luas untuk tindakan pencegahan, termasuk pencegahan pada bayi baru lahir. Apa yang sebaiknya diketahui?
Epidemi HIV global tahun 2015 menelan korban jiwa 1,1 juta orang, sudah lebih sedikit dibandingkan pada hampir semua tahun dalam dua puluh tahun sebelumnya. Secara global hampir 37 juta orang hidup dengan HIV pada akhir 2015 dan program pencegahan telah mengurangi jumlah infeksi HIV baru per tahun menjadi 2,1 juta, penurunan 35% sejak tahun 2000. Ekspansi besar-besaran tahun 2015, telah menjangkau 18,2 juta orang yang telah menerima pengobatan antiretroviral (ART) di seluruh dunia, telah mengurangi jumlah orang yang meninggal karena penyebab terkait HIV sekitar 1,1 juta atau 45 % lebih sedikit dari tahun 2005.
Setiap tahun, secara global diperkirakan terdapat 1,4 juta ibu hamil yang hidup dengan HIV. Dengan pengobatan, 15-45% dari mereka masih memiliki kemungkinan menularkan virus kepada bayi mereka selama kehamilan, persalinan, dan atau menyusui. Namun, risiko dapat diturunkan sampai kurang dari 1%, jika obat antiretroviral (ARV) diberikan kepada ibu dan bayi pada seluruh tahap kehidupan, ketika penularan infeksi HIV dapat terjadi. Program tersebut dinamakan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PMTCT atau ‘Prevention of Mother-To-Child HIV Transmission’) atau Pencegahan Penularan Ibu ke Anak (PPIA). Jumlah bayi yang lahir dengan HIV setiap tahun, telah turun hampir setengahnya sejak tahun 2009, yaitu turun dari 400.000 di 2009 menjadi tinggal 240.000 pada tahun 2013. Upaya intensif tetap dibutuhkan untuk mencapai target global, yaitu kurang dari 40.000 infeksi baru pada bayi barulahir per tahun pada tahun 2015.
Antara 2009 dan 2013, proporsi wanita hamil yang hidup dengan HIV di negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang menerima obat ARV yang efektif untuk mencegah penularan virus kepada bayi mereka, telah meningkat 2 kali lipat. Ini berarti bahwa secara global, 7 dari 10 wanita hamil yang hidup dengan HIV di negara berpenghasilan rendah dan menengah, telah menerima obat ARV yang efektif untuk mencegah penularan virus secara vertikal (PPIA). Di antara 22 negara yang menyumbang 90% dari infeksi HIV baru, 8 negara telah mengurangi infeksi HIV baru pada bayi lebih dari 50% sejak tahun 2009, berdasarkan data tahun 2013.
Pada akhir Juni 2015 di Kuba terdapat kurang dari 2% bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV, tertular virus tersebut. Hasil ini secara global merupakan angka terendah yang berhasil dicapai, dengan metode pencegahan yang tersedia. Atas prestasi itu, Kuba menerima validasi resmi dari Pan American Health Organization (PAHO) dan WHO, karena telah menghilangkan proses penularan HIV dari ibu ke bayi. Para dokter dan petugas kesehatan lainnya di Kuba telah menjalankan serangkaian langkah PPIA secara paripurna. Setelah melakukan pemeriksaan dan konfirmasi virus pada ibu hamil, ibu diberikan obat ARV secara teratur dan dengan persetujuan ibu, menjadwalkan operasi bedah caesar pada minggu ke-38 kehamilan. Setelah persalinan, bayi baru lahir juga diberi obat ARV dan kemudian dipantau dengan pemeriksaan berkala sampai anak berusia 18 bulan. Ibu juga mengikuti rekomendasi dokter untuk tidak menyusui bayi, karena ASI dapat menularkan HIV kepada bayi, sehingga digunakan susu formula. Di Kuba terdapat lebih dari 2.600 wanita berusia 15-49, yang hidup dengan HIV yang telah melahirkan bayinya tanpa tertular virus.
Sejak tahun 2012, Kuba telah melaporkan hanya terdapat 1-2 kasus HIV pada bayi per tahun, angka transmisi yang sangat rendah, sehingga dapat dianggap penularan HIV telah dieliminasi. Semua wanita hamil di Kuba wajib menjalani setidaknya 10 kali pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care atau ANC). Bandingkan dengan di Indonesia yang hanya 4 kali ANC selama kehamilan, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Menurut Profil Kesehatan Indonesia, kegiatan ANC di Indonesia sebesar 4.694.819 kunjungan per tahun atau baru menjangkau 87,45% dari 77.916 ibu hamil pada tahun 2015.
Petugas kesehatan di Kuba akan menawarkan pemeriksaan HIV selama kehamilan, dan setiap ibu diberikan informasi tentang pencegahan penyakit menular seksual, bersama dengan perencanaan konseling keluarga. Di Kuba, terdapat 99,2% ibu hamil dengan HIV positif dan 100% bayi yang dilahirkan, telah menerima pengobatan sejak September 2014. Obat ARV diberikan secara gratis setiap bulan, ibu atau anggota keluarga datang untuk mengambil obat dengan kartu yang tidak mencantumkan nama pasien, untuk menjaga rahasia kedokteran atas diagnosis. Kartu ini juga merupakan cara untuk memantau kepatuhan pengobatan. Kuba telah melakukan PPIA paripurna dengan menjamin akses awal untuk perawatan prenatal, pengujian HIV untuk ibu hamil dan pasangannya, pengobatan untuk ibu yang positif HIV dan bayi mereka, persalinan secara bedah caesar, dan substitusi menyusui dengan susu formula. Layanan ini disediakan negara dalam sistem kesehatan nasional yang adil, dapat diakses di seluruh pelosok Kuba, dan PPIA terintegrasi dengan program kesehatan ibu dan anak. Bandingkan dengan Indonesia, yang hanya memiliki 261 buah rumah sakit, yang mampu memberikan layanan ARV dan PPIA (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Momentum Hari AIDS Sedunia 2016 dengan tema ‘getting to zero’ menyadarkan kita semua, bahwa bayi tanpa HIV yang lahir dari ibu dengan HIV, adalah suatu hal yang mungkin. Hal tersebut dapat terjadi dengan program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) secara lengkap. Saat ini masih banyak hal yang harus terus diperbaiki di Indonesia. Sudahkah kita berperan serta untuk bayi baru lahir di sekitar kita?
Sekian
*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta,
Alumnus S3 UGM
Kirim Komentar