Yogyakarta, Indonesia – www.gudeg.net Bekerja menjadi staf hubungan masyarakat susah-susah gampang. Ini karena manusia penuh kerumitan dan punya keinginan macam-macam.
“Hal itu wajar saja,” kata Irene Kim, GM Secretary & Public Relation Hotel Crystal Lotus saat bertemu tim Gudegnet pada Rabu (7/9) di jalan Magelang, Yogyakarta. Baginya, yang penting bagaimana menangkap keinginan klien, wartawan atau pihak-pihak yang berelasi dengannya. Menurutnya kemampuan itu muncul karena tiga faktor pembelajaran yaitu konflik, rutinitas kerja serta literatur.
Konflik, baginya juga mengajarkan berbagai macam hal. Sebagai sebuah proses belajar, konflik justru berpotensi mengembangkan kemampuan berkomunikasi. “Mengelola hubungan dengan masyarakat itu bagian dari manajemen juga,” katanya.
Sedangkan rutinitas kerja juga memiliki peran serupa. Perjumpaannya setiap hari dengan berbagai macam orang, kata Irene, membuatnya bisa semakin peka dan mampu menangkap pesan yang disampaikan lewat bahasa tubuh dan pilihan kata. “Penting buat staf seperti saya membaca buku tentang body language,”kata Irene. “Itulah pentingnya literatur.”
Baginya, ketiga hal itu sifatnya saling melengkapi. “Bukan pengganti atau menutupi satu sama lain,” katanya. “Konflik yang tidak pernah dicari solusinya juga tidak bisa digunakan sebagai pembelajaran. Begitu juga kalau baca buku terus tapi tidak pernah mengalami persoalan.”
Pemahaman ditambah pengalaman selama delapan tahun di bidang hubungan masyarakat membuat langkah Irene semakin mantap. “Itu yang membuat saya sangat berhati-hati memilih strategi komunikasi,”katanya. Menurutnya, cara-cara menyebar undangan secara massal dan “asal kirim” sama sekali tidak efektif.
“Semuanya harus dikontak secara personal,”katanya. “Meskipun sehari cuma 10 tapi kalau diperlakukan sebagai pribadi hasilnya pasti bagus banget.” Menurutnya, dalam berkomunikasi ia harus bisa mengukur orang lain lewat diri sendiri.
“Saya ingin memperlakukan orang lain seperti halnya saya ingin diperlakukan,” katanya.
Dalam proses berelasi, ia berujar saat tersulit bukan ketika memulai. “Namun saat merawat,” katanya. “Butuh waktu dan kesabaran untuk merawat pertemanan.” Bahkan, ia menegaskan saking sulitnya kadang-kadang batas hubungan kerja dan pribadi bisa kabur.
“Makanya saya harus pintar-pintar menjaga diri,” katanya. “Dan tegas kepada diri sendiri memberi batas ini urusan pekerjaan. Mereka mitra kerja. Dan tidak dibawa ke urusan pribadi.”
Penulis: Albertus Indratno
Editor: Albertus Indratno
Kirim Komentar