Yogyakarta, Indonesia – www.gudeg.net Siapa sangka kawasan di selatan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta itu justru menjadi bagian penting bagi sejarah di Yogyakarta. Saat masa pra sejarah antara abad V sampai VI Masehi, kawasan itu menjadi “tulang punggung” bagi peradaban di wilayah Yogyakarta. Ini buktinya:
Penghasil alat buat keperluan sehari-hari dan religi
Saat itu penduduk Gunung Kidul sudah terampil membuat alat-alat yang digunakan untuk kepentingan sehari-hari serta religi. Beberapa penduduk dari wilayah seperti kecamatan Semin, Ponjong, Karangmojo, Wonosari, Playen, serta Semanu sudah mampu menghasilkannya. Menurut beberapa penemuan, di daerah tersebut terdapat alat-alat dari masa Paleolitik seperti kapak perimbas, penetak, alat serpih bilah, serut serta martil. Selain terbuat dari batu Rijang, alat-alat tersebut juga dibikin dari batuan Kalsedon, Obsidian serta Andesit. Batuan itu diperoleh dari aliran sungai Oyo, terutama yang mengalir di daerah Semin.
Sudah menjadi pusat aktivitas manusia
Alat-alat yang ditemukan itu menandakan telah terjadi aktivitas manusia di Gunung Kidul. Menurut Jacob, kapak perimbas merupakan budaya milik manusia saat itu, setidaknya sekitar 700 ribu tahun lalu. Perlengkapan itu digunakan sebagai alat berburu dan meramu.
Selain itu, masih ada beliung atau kapak persegi. Kapak ini hasil budaya di masa neolitik. Jika dibandingkan kapak perimbas – penetak, beliung lebih halus, baik di sisi tajam atau permukannya. Dulu, manusia purba menggunakan kapak beliung untuk bercocok-tanam.
Memiliki gua sebagai rumah dan kuburan
Gua atau ceruk (rock shelter) menjadi bukti lainnya manusia pra sejarah pernah menempati Gunung Kidul. Diduga, saat itu manusia pra sejarah hidup dari berburu dan meramu. Selain sebagai tempat tinggal, gua juga berfungsi sebagai kuburan. Misalnya saja gua Braholo. Saat itu ada dua sistem penguburan yaitu primer dan sekunder. Saat dilakukan penggalian ditemukan tulang belulang di gua Braholo yang dikubur menggunakan sistem primer.
Mengenal faktor plus properti gua
Bukti lainnya manusia purba di Gunung Kidul sudah maju ialah pemilihan gua sebagai tempat tinggal. Saat itu manusia tidak perlu membuat tempat tinggal sendiri. Cukup menggunakan gua yang sudah disediakan alam. Gua memiliki kelebihan antara lain punya sirkulasi udara yang baik, sinar matahari mudah masuk, kondisi lantai yang lumayan rata, serta berdekatan dengan air dan makanan. Sampai sekarang, hanya Gunung Kidul yang memiliki hasil budaya yang berasal dari kehidupan gua.
Punya hasil budaya Megalitik: menhir, arca menhir serta peti kubur batu
Ada beberpa wilayah yang punya hasil budaya Megalitik, antara lain Karangmojo, Wonosari, serta Playen yang termasuk ke dalam wilayah Cekungan Wonosari. Pemilihan Cekungan Wonosari itu karena di wilayah itu merupakan daerah tersubur di kabupaten Gunung Kidul.
Sudah mengenal sistem sponingen
Sistem sponingen (sistem takikan) inilah yang membedakan kemajuan penduduk pra sejarah di Gunung Kidul dan tempat lainnya. Sistem ini ditemukan di dalam konstruksi pemasangan dinding-dinding peti di wilayah Gunung Kidul. Apabila dibandingkan seperti Bojonegoro, Kuningan atau Pasemah maka akan tampak perbedannya. Selain itu Arca Menhir di Gunung Kidul dipahat hanya di bagian muka dan lengan. Arca-arca tersebut biasanya ditempatkan berdekatan dengan peti kubur batu.
Klik share kalau Anda merasa tulisan ini berguna
Kirim Komentar