www.gudegnet, Yogyakarta - Jelang Hari Raya Waisak yang jatuh pada 11 Mei, umat Buddha tengah bersiap. Di Wihara Karangdjati, yang terletak di Jl. Monjali No.78, Sinduadi, Mlati, Kabupaten Sleman, dilakukan Sepekan Pendalaman Dhamma atau disingkat SPD, di samping kegiatan rutin seperti Puja Bhakti dan chanting yang tetap berjalan. Hal tersebut disampaikan oleh Ponco Widiyatmoko, Humas Wihara tertua di Yogyakarta ini.
Selain Pendalaman Dhamma yang dilakukan sepekan sebelum Waisak, pada 2 Mei lalu telah dilangsungkan juga ritual Pindapata, persembahan makanan dari umat untuk biksu.“Untuk hari H, tanggal 11, detik-detiknya jam 4 lebih 42 menit 9 detik. Paginya peringatan akan dimulai pukul 4 pagi dengan membaca Paritta, ditambah ritual Pradaksina. Pas jamnya itu, ada meditasi,” kata Ponco.
Pria berkacamata ini juga menjelaskan bahwa perayaan di Wihara Karangdjati dilakukan secara sederhana, berbeda dengan perayaan di Borobudur. “Di sini merayakan, ada juga di Borobudur, Candi Sewu. Kembali ke pilihan masing-masing. Bisa juga di rumah,” ujarnya. Di wihara ini, akan ada perayaan di tanggal 14 Mei untuk anak-anak, dan juga tanggal 17 Mei.
Waisak merupakan peringatan 3 peristiwa suci, yaitu lahirnya Pangeran Sidharta, pencapaian Pangeran Sidharta menjadi Buddha, dan wafat sang Buddha. Tiga peristiwa ini dinamakan Trisuci Waisak. Ponco sendiri memaknai Waisak sebagai momentum pengingat kembali perjuangan Sidharta Gautama dalam mencapai ke-buddha-annya, proses meninggalkan keduniawiannya.
Di Candi Sewu, ritual sudah mulai dilakukan hari ini pukul 6 pagi. Pada pukul 6.00 sampai 14.00, dilakukan pengambilan air suci dari tujuh mata air yakni Umbul Jumprit, Umbul Pikatan, Umbul Sanjaya, Candi Umbul, Umbul Jalatunda, Umbul Pengging, dan Sendang Pitutur. Setelah tiba pada pukul 14.00 air suci akan dipersembahkan di altar utama Candi Sewu.
Setelah itu, pada pukul 18.00 sampai 24.00 akan ada ritual penyalaan pelita Waisak 2017, Lantunan Puja Peritta, dan penampilan teater STIAB Smaratungga Boyolali.
Kirim Komentar