www.gudeg.net, Yogyakarta - Pameran “Nandur Srawung” tahun ini kembali diadakan dengan mengangkat tema “Budaya Jogja Budaya Jawa Adiluhung”. Sebanyak 144 karya 2D dan 3D yang dibuat oleh 400 perupa dipajang di ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta.
“Pengertian Budaya Jogja Budaya Adiluhung dapat berkembang luas, tanah Jawa memiliki sejuta pesona, potensi, serta daya pikat yang kuat di mata dunia,” kata Drs Umar Priyono, M.Pd, Kepala Dinas Kebudayaan DIY dalam sambutannya. Umar juga mengatakan, Budaya Jogja merupakan budaya yang unik, karena masih mengkiblat pada budaya Keraton sehingga mampu menjadi pembeda dari daerah-daerah lain.
Bayu Adi Wijaya, ketua panitia pameran, menjelaskan bahwa semua karya merupakan karya kelompok. “Dari konsep “nandur srawung” itu kan menanamkan kebersamaan, jadi untuk tahun ini semua karya itu kelompok,” katanya. Untuk karya 2 dimensi, satu kelompok terdiri dari 2 orang, sedangkan karya 3 dimensi 5 - 7 orang. Pameran tahun ini menitikberatkan pada karya dengan teknik drawing.
Tema pameran direspon dalam 122 karya 2D dan 22 karya 3D. Salah satu kelompok yang berpartisipasi dan membuat karya 2D adalah kelompok “Greng Greget”. Kelompok ini merespon tema pameran dalam lukisan kerbau. “Saya berpijak pada peribahasa jawa. Filsafat Jawa, kerbau itu adalah simbol yang baik,” ucap Muhammad Basuki, yang membuat karya ini bersama putrinya, Luthfia Rahmi Pratiwi. Menurut pria yang sehari-hari bekerja sebagai guru seni lukis ini, dalam budaya Jawa, kerbau digambarkan sebagai binatang yang jujur, kuat, pandai balas budi, dan setia.
Ratusan karya lain dalam pameran ini dapat disaksikan hingga tanggal 31 Oktober 2017 mendatang. Andang Suprihadi, kurator pameran ini, berharap dengan diadakannya pameran ini, pemahaman dan penghargaan terhadap Budaya Masyarakat Yogyakarta akan semakin terbuka.
Kirim Komentar