Gudeg.net- Sedikitnya 73 seniman mengikuti ajang pameran seni tahunan Nandur Srawung #7 yang digelar di Taman Budaya Yogyakarta (TBY).
Terdapat sekitar 200 lebih karya seni dihadirkan pada gelaran kali ini yang terdiri dari seni instalasi, seni rupa atau lukisan, seni patung dan lainnya.
“Nandur Srawung pada tahun ini diikuti oleh sejumlah seniman yang berasal dari lintas bidang seni seperti perupa, pematung, dosen, pemilik galeri hingga komunitas-komunitas seni yang ada di Yogyakarta,” ujar Rain Rosidi dalam kuratorialnya, Selasa (20/10).
Pada tahun ini Nandur Srawung mengangkat tema Wiwitan: Restart. Tema tersebut terinspirasi dari salah satu ritual yang biasa dilakukan oleh para petani ketika panen padi.
Dalam hal ini, Wiwitan diumpamakan sebagai lahirnya masa atau cara baru dalam berpameran. Masa pandemi ini memaksa orang untuk mengikuti pola kehidupan yang baru.
“Nandur Srawung tahun ini memasuki ke-7 dan sedang berada dalam situasi pandemi, oleh karenanya pameran juga kami batasi tidak seperti tahun-tahun yang lalu. Saat ini pameran digelar online dan offline,” jelasnya.
Selama Gudegnet berada di dalam ruang pamer karya, memang dirasakan atmosfer berpameran yang cukup hening. Sejumlah karya seni yang sangat tinggi akan edukasi terpajang dengan komposisi letak yang cukup menarik.
Salah satu karya yang cukup menarik adalah instalasi gowes yang terhubung dengan alat musik gitar serta kotak akrilik besar yang berisikan butir-butir steyrofoam yang bisa berterbangan.
Selain itu ruang pameran juga dipasangi sejumlah lampu ultraviolet (UV) yang berfungsi untuk menetralkan ratusan karya seni dari virus setelah pengunjung meninggalkan lokasi pameran.
Sementara itu Supriyadi salah satu pengunjung mengungkapkan, awalnya ia beranggapan pameran ini ditiadakan pada tahun ini karena adanya pandemi Covid-19.
“Saya cukup menunggu-nunggu event ini, tadinya saya pikir tidak ada dan ternyata jadi juga digelar dan bisa dinikmati langsung juga tapi harus daftar online dulu,” ungkapnya.
Bagi Supriyadi, dalam pameran Nandur Srawung kali ini lebih dapat dinikmati dengan leluasa karena memang panitia memberlakukan sejumlah aturan bila hendak melihat pameran secara langsung.
“Yang jelas lebih leluasa mengamati hasil karya-karyanya, bahkan saya bisa mengeksplor salah satu karya pameran dengan teliti. Mulai dari cara kerjanya, bahan yang dipakai dan lainnya,” tuturnya.
Nandur Srawung #7 Wiwitan terbuka untuk umum namun terbatas hingga 21 Oktober 2020 dengan reservasi daring terlebih dahulu di http://www.nandursrawung.art/.
Terdapat tiga sesi kunjungan setiap harinya, pagi (10.00-12.00), siang (12.30-14.30 WIB), dan sore (15.00-17.00 WIB) dan hanya untuk 30 orang persesinya.
Kirim Komentar