www.gudeg.net, Yogyakarta - Biennale Jogja XIV dibuka pada Kamis, (2/11) di Jogja National Museum. Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Diah Tutuko Suryandaru, mewakili Gubernur DIY, Sri Sultan HB X membuka pameran. Sebanyak 27 seniman dari Indonesia dan 12 seniman dari Brasil berpartisipasi dalam Biennale seri Equator ke-4 ini. Pameran berlangsung hingga 10 Desember 2017.
Sejak 2011, Biennale meluncurkan seri equator, di mana setiap penyelenggaraannya, acara dua tahunan ini akan bekerjasama dengan negara di sekitar garis equator. Tahun ini, Biennale diselenggarakan Indonesia dan Brasil setelah sebelumnya Indonesia-India (2011), Indonesia-negara di kawasan Arab (2013), Indonesia-Nigeria (2015).
Pameran ini akan membawa pengalaman indrawi bagi pengunjung. Para seniman mengemukakan pesan melalui tujuh tahap narasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yakni Penyangkalan atas Kenyataan, Kemarahan pada Keadaan, Keputusasaan dan Kehilangan, Kepasrahan dalam ketiadaan, Penghiburan atas Kehilangan, Kesadaran pada Kenyataan, dan Penerimaan atas kenyataan.
Salah satu yang dipamerkan adalah “The Trilogy karya Cinthia Marcelle dan Tiago Mata Machado dari Brasil. Karya yang sebelumnya dipamerkan di Venice Biennale ini berupa tiga video dokumenter yang menggambarkan realitas politik di negara tersebut.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf dalam pembukaan mengatakan bahwa Binnale saat ini tampaknya menjadi sebuah prasyarat bagi sebuah negara yang ingin bergabung pada peta seni budaya kontemporer dunia.
“Indonesia dengan Brasil ternyata perbedannya sangat banyak, sangat kontras… itulah yang kemudian menjadi alasan saya untuk memilih brasil. Jadi kita akan berefleksi dengan cara pandang yang sama sekali berbeda,” kata Pius Sigit Kuncoro, kurator pameran.
Bienalle Jogja adalah Bienalle internasional yang diselenggarakan oleh pemerintah Daerah istimewa Yogyakarta, dan diorganisasi oleh Yayasan Bienalle Yogyakarta. Tahun ini adalah penyelenggaraan ke -14 setelah diadakan untuk pertama kali pada tahun 1988.
Kirim Komentar