Seni & Budaya

Biennale Jogja XVI Equator #6 2021 Gandeng Negara di Kawasan Pasifik

Oleh : Wirawan Kuncorojati / Rabu, 18 November 2020 14:45
Biennale Jogja XVI Equator #6 2021 Gandeng Negara di Kawasan Pasifik
Jumpa pers Biennale Jogja XVI Equator #6 2021, di TBY, Rabu (18/11) - Gudegnet/ Wirawan Kuncorojati

Gudeg.net – Menandai satu putaran penuh garis khatulistiwa yang menjadi kerangka kerja Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) sejak 2010, Biennale Jogja Equator #6 pada 2021 akan mengambil pendekatan berbeda. Akan disajikan pula satu bentuk retropeksi atas kerja-kerja YBY selama Biennale Jogja seri equator.

“Tahun 2021 mendatang kita akan bekerjasama dengan negara di kawasan Pasific,” kata Alia Swastika, Direktur YBY, saat sesi jumpa pers di Taman Budaya Yogyakarta, Rabu (18/11).

Kepastian negara masih terus digodok, mempertimbangkan banyak situasi, termasuk mengenai bagaimana pandemi berpengaruh pada mobilitas dan gagasan pertukaran internasional.

“Kawasan Pasific, terutama secara khusus berhubungan dengan wilayah kepulauan di Indonesia, dan secara geografis Indonesia Timur juga akan menjadi perhatian kami,” kata Alia.

Dalam kesempatan yang sama, ia menjelaskan bagaimana kerja sama Kawasan Pasific juga akan merujuk pada wacana-wacana kolonialisme baru dan gagasan negara bangsa pada masyarakat kontemporer.

Menjadi hal menarik, kata Alia, kawasan ini masih banyak mengalami jajahan, secara administratif masih menjadi bagian dari negara-negara Eropa.

“Justru gagasan tentang kedaulatan, batas negara, juga soal konsep negara bangsa, itu akan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan dalam Biennale Pasific tahun depan,” katanya.

Selain menjadikan Pasifik sebagai kawasan mitra, Biennale Jogja juga akan menghadirkan kembali arsip dan dokumentasi selama penyelenggaraan Biennale Jogja seri khatulistiwa 1-6.

Sebelumnya, Biennale Jogja telah menjalin kerja sama dengan beberapa Negara seperti India, Kawasan Arab (Mesir, Arab Saudi dan Uni Emirates Arab), Nigeria, Brazil dan Kawasan Asia Tenggara.

Dengan membawa kembali arsip-arsip dan melakukan pembacaan ulang, pengunjung dan semua warga bisa melihat secara utuh gagasan khatulistiwa sebagai geopolitik yang digagas di Yayasan Biennale Yogyakarta.

“Menarik sekali karena ada banyak sekali hal-sejarah dan kondisi geografis, misalnya- yang dipelajari selama 10 tahun pelaksanaan Biennale Jogja seri khatulistiwa,” kata Alia.

Dalam kesempatan yang sama, Alia juga memperkenalkan Direktur Biennale Jogja yang baru, yaitu Gintani Nur Apresia Swastika. Gintani akan menjadi direktur penyelenggaraan peristiwa seni ini pada 2021 dan 2023.

Biennale Jogja, tambahnya, selalu berupaya melakukan regenerasi, sehingga ada seseorang dan gagasan baru yang dimunculkan dalam moda kepemimpinan dan manajemen seni.

Di samping itu, menurutnya, dalam seri khatulistiwa setiap edisi Biennale memilih satu kawasan baru, sehingga selalu memerlukan pendekatan baru, karena setiap negara atau kawasan memiliki situasi yang berbeda.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini