Gudegnet – Kuliner pasar memang selalu menggugah selera. Entah itu jajanan tradisional, makanan-makanan memori masa kecil, atau makanan berat untuk sarapan atau makan siang. Pasar Pathuk, kadang ditulis Patok, adalah salah satu pasar yang memanggil orang dengan kuliner-kuliner di dalamnya yang membuat mulut banjir.
Keunikan pasar ini merupakan daya tarik utama untuk orang menyambanginya. Di pasar yang tidak terlalu besar ini, akulturasi budaya terjadi dengan mulusnya. Menurut Jimmy Sutanto, ketua JCACC (Jogja Chinese Art Culture Center), seperti dikutip dari Warta Pasar edisi Februari 2013, Pasar Pathuk hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat peranakan Tionghoa kampung Pecinan yang berada di Jalan Pajeksan.
Tak heran ada banyak kuliner babi tersedia di sini. Tak hanya kuliner matang, los daging babi khususpun tersedia. Pasar Pathuk sendiri berdiri sekitar tahun 1977, dan semenjak 2010 pasar ini dipasang keramik agar lebih bersih.
Di pasar seluas 2000 meter persegi ini kita bisa menemukan banyak penjual Bakpia. Tentu kita familiar dengan nama Bakpia Pathuk bukan? Bakpia sendiri adalah panganan dari Tionghoa yang aslinya bernama Tou Luk Pia yang berarti kue kacang hijau. Walaupun marak di tahun 80an sebagai kue oleh-oleh dari Jogja, bakpia di Pasar Pathuk sendiri bisa ditelusuri sampai sejauh tahun 1948.
Kuliner lain yang terkenal di Pasar Pathuk adalah sate babi. Tidak hanya sate, ada juga babi kecap, dan babi panggang. Harganya beragam tergantung porsi, dari Rp 32.500 sampai Rp 65.000. Di seberang kuliner babi, ada nasi kuning dan nasi langgi Muna Chung yang tersohor. Datanglah pagi, karena mendekati jam 9, nasi kuning Muna sudah ludes terjual. Awalnya berjualan mihun, bakmi, dan capcay, Muna menghargai nasi kuning dan nasi langginya Rp 13.000 seporsi. Ditambah empal, harganya menjadi Rp 25.000 per porsi.
Ada juga pecel mi Mbak Tati yang maknyus. Dilengkapi kenikir dan pare, pecel mi menjadi salah satu idola di Pasar Pathuk. Mbak Tati berjualan turun temurun semenjak ibunya. Tati sendiri sudah berjualan semenjak 2010. Di seberangnya ada ragam jamu dalam botol seharga Rp 10.000. Beras kencur, kunir asem, semua macam minuman herbal ini dijamin asli dan mantap.
Ke dalam ada seorang tua yang sudah sulit berkomunikasi berjualan lopis. Lopis miliknya dihargai Rp 3.000 saja per bungkus. Makin ke dalam ada banyak jajanan dan lauk untuk di beli. Ragam macam dan warna bisa kita temukan. Bahan makanan berlabel Tionghoa juga dapat kita dapatkan di sini.
Masih ada bakpao lipat, ayam, kacang merah, kacang hijau, babi, dan masih banyak varian lain yang di jual Rp 6.500 satuannya. Berjualan mulai tahun 2001, sehari-hari bakpao ini terjual sebanyak 80-100 buah. Wedang tahu alias tahok, alias tahua juga bisa kita temukan di sini.
Salah satu yang paling terkenal di sini juga ada bakso goreng dan bakso butir yang berada di dekat pintu masuk samping. Harganya Rp 2.500 per biji. Mau mencoba? Datang lebih pagi lagi, karena jam 8 pagi biasanya sudah habis.
Tak hanya di pasar, disekitaran pasar juga banyak kuliner lain yang patut dicoba. Jika mengaku penggemar kuliner, rasanya kurang sah jika belum berkunjung mencoba kuliner Pasar Pathuk.
Kirim Komentar