Gudeg.net- Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada ( PSKP UGM) menyelenggarakan Seminar dengan tema Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU) dalam Perdamaian dan Demokrasi di Ruang Multimedia Gedung Pusat UGM,kamis(17/1).
Direktur PSKP UGM Muhammad Najib Azca menyatakan Muhammadiyah dan NU merupakan dua kekutan Islam yang memegang peranan penting dalam proses transisi Indonesia.
“Kedua pilar kekuatan ini memiliki peran yang sangat krusial dalam proses berdemokrasi negara kita. Ketika negara muslim lainnya sedang berkonflik, Indonesia merepresentasikan perdamaian,” ujarnya
Dalam penelitiannya Najib Azca menyimpulkan bahwa Indonesia adalah smilling face of Islam in the world, Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim paling demokratis didunia. Itu karena terdapat dua pilar kekuatan yang menaunginya yaitu Muhammadiyah dan NU, ungkap Najib Azca.
Selain seminar,pada acara yang sama diluncurkan sebuah buku dengan Judul Dua Menyemai Damai karya dari Muhammad Najib Asca, Hairus Salim, Moh. Zaki Arrobi, Budi Asyhari dan Ali Usman.
Buku yang mengulas tentang peran NU dan Muhammadiyah sebagai dua pilar bangsa yang mampu mengatasi hingga menciptakan perdamaian.
Zaki Arrobi salahsatu penulis mengutarakan bahwa Muhammadiyah pernah menjadi salahsatu pihak yang menciptakan resolusi damai dibeberapa daerah konflik di Indonesia.
“Muhammadiyah pernah mengutus Buya Syafii Maarif untuk menjadi jembatan perdamaian di Poso, Ambon hingga konflik Aceh dan itu berjalan dengan baik,” ujarnya.
NU yang juga bagian dari pilar kesatuan tidak kalah penting dalam berkontribusi dalam bidang sosial. Keberadaan NU Online dapat meredam segala narasi ekstrimisme dan radikalisme beragama, ungkapnya.
Pengkaji dan dosen dari Boston University Prof. Robert W Hefner yang turut hadir menyatakan bahwa peluncuran buku ini bertepatan dengan 20 tahun setelah reformasi.
“Buku yang menggambarkan Indonesia sebagai negara Islam Sunni terbesar, sangat dikenal dan menjadi pembicaraan ruang publik Internasional dengan dua pilar kekuatannya yaitu NU dan Muhammadiyah,” tuturnya.
Iapun menambahkan buku ini menjadi jawaban bahwa NU dan Muhammadiyah terus melakukan sesuatu ditengah masyarakat dalam penerimaan Pancasila dan Demokrasi.
Sedangkan Guru Besar Fisipol UGM Prof Mohktar Mas’oed mengatakan narasi tentang bina damai dalam buku ini belum meyakinkan secara empirik.
“Buku ini dapat dijadikan dokumen pengakuan Nobel Peace Prize bagi NU dan Muhammadiyah dengan kisah dari kedua jam’iyah dalam menciptakan perdamaian, namun masih harus menunjukan kapasitas institusional dari keduanya dalam menangani tantangan baru seperti populisme demagog dan histeria politik,” ujarnya saat diwawancara.
Kirim Komentar