Gudeg.net – Bersamaan dengan dibukanya Simposium Internasional Kajian Jawa dan Manuskrip Keraton (5/3), Keraton Yogyakarta juga menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
“UNY sangat menyambut baik kerja sama ini untuk mengkaji manuskrip yang ada di keraton,” ujar Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, sesaat setelah penanadatanganan tersebut (5/3).
Sutrisna juga menyampaikan kesesuaian wacana pengkajian ini dengan prinsip UNY yang tengah menyiapkan pendidikan karakter berdasarkan yang berdasarkan kearifan lokal. Keraton sebagai pusat budaya dirasa tepat untuk menjadi bahan kajiannya.
Dari naskah dan manuskrip tersebut akan dikembangkan dasar-dasar pendidikan pembentukan karakter itu. Prosedur yang dipakai dalam pengkajian naskah dan manuskrip nantinya adalah prosedur filologi.
“Jadi naskah akan kami alih aksarakan, lalu diterjemahkan, lalu kami kaji isinya,” lanjut Sutrisna.
Sutrisna juga menyampaikan usulan pada GKR Hayu untuk membentuk tim dari beberapa universitas. Hal ini dikarenakan dalam satu naskah harus dikaji dari berbagai bidang.
Seperti misalnya Universitas Islam Negeri (UIN) Kalijaga yang mengkaji dari bidang agama, ada bagian di mana naskah harus dikaji dari bidang arsitektur, misalnya. Kajian dari berbagai dudut pandang ini tidak dapat dipisahkan, sehingga harus dalam satu tim.
“Harapan kami manuskrip ini tidak hanya memberi sumbangan budaya, tetapi juga sumbangan untuk dunia pendidikan secara umum,” harap Sutrisna.
GKR Hayu juga menyampaikan dalam kesempatan yang sama bahwa sebelum simposium ini dimulai, dari pihak keraton sudah melakukan beberapa roadshow ke kampus, di antaranya UIN Kalijaga dan UNY.
“Kami sangat ingin pada simposium kali ini yang muda-muda datang,” ujarnya. Keraton ingin mengetahui seberapa besar ketertarikan masyarakat muda pada budaya Jawa. Begitu juga dengan ajang call for paper yang diadakan sebelumnya.
“Kami ingin tahu, sebenarnya apa, sih, yang diteliti (oleh orang-orang) di luar sana,” paparnya lebih lanjut. Keraton ingin ada kelanjutan yang nyata pasca kembalinya 75 mansukrip kuno tersebut, walaupun saat ini dalam bentuk digital.
Realisasi dari pengkajian manuskrip ini nantinya akan banyak berhubungan dengan Kaudanan Ageng Krido Mardowo. Krido Mardowo sendiri adalah bagian dari keraton yang mengurus dan bertanggung jawab atas seni seperti pewayangan dan tari.
Menurutnya, ada banyak sekali yang dapat dikerjakan dalam keraton, di samping mengkaji manuskrip. Hingga, kerja sama dari universitas sangat diharapkan di bidang lain.
“Semoga semua ilmu yang akan kembali akan bermanfaat untuk keraton, Jogja, dan Indonesia,” tutup GKR Hayu.
Kirim Komentar