Gudeg.net- Memasuki pelataran Pagongan Kidul Masjid Gedhe Kauman terdengar sayup-sayup suara gamelan ditabuh dengan nada sedikit mendayu dan terkadang tegas dalam pukulan.
Duduk puluhan warga dengan rapi disejumlah anak tangga Pagongan Kidul medengarkan setiap ketukan gamelan yang dibunyikan.
Terdapat rasa dan kesan tersendiri bagi orang yang mendengarkan suara gamelan yang hanya berada setahun sekali di Masjid Gedhe Kauman itu.
Begitu juga yang dirasakan oelh Purwanti (46) warga Jejeran Bantul, ia mengatakan, tabuhan gamelan atau gongso setiap Perayaan Sekaten merupakan peristiwa yang selalu ditunggu-tunggu.
“Hampir setiap tahun saya ke sini untuk mendengarkan permainan gongso (gamelan) yang dibawakan oleh abdi dalem Kraton ini,” ujar Purwanti saat ditemui, Jum’at (8/11).
Ia pun menjelaskan, bagi sebagian warga Yogyakarta, keberadaan gamelan ini merupakan peristiwa yang ditungu-tungu dan sakral terlebih ini diselenggarakan menjelang Hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Memiliki rasa tersendiri bagi orang yang memang niat datang untuk mendengarkannya setiap nada yang keluar dari gamelan yang ditabuh itu.
“Bagi saya mendengarkan tabuhan gamealan ini memilik rasa tenang, adem, ayem, dan tentrem walaupun saat ini panas cuacanya. Ada rasa tersendiri bagi kita yang benar-benar niat bersih yang datang kesini,” jelas wanita yang datang bersama teman-temannya itu.
Purwanti berharap, dirinya dapat terus melihat dan mendengarkan secara langsung tetabuhan dua gamelan Sekati milik Kraton ini selamanya.
Merupakan hal yang sangat jarang dapat mendengar suara tetabuhan gamelan dilingkungan Masjid Gedhe Kauman. Pasalnya peristiwa ini hanya terjadi setahun sekali pada saat Perayaan Sekaten untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Adalah Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo nama dari dua buah gamelan Sekati milik Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang sedang dimainkan tersebut. Kedua gamelan yang mulanya berada di Bangsal Pancaniti Kraton dibawa menuju Masjid Gedhe dengan prosesi Miyos Gongso
Gamelan Kyai Guntur Madu diletakan di Pagongan Kidul (selatan) dan Kyai Nogo Wilogo di Pagongan Lor (utara). Dua gamelan pusaka tersebut akan dimainkan oleh para abdi dalem secara bergantian selama satu minggu hingga jelang Hari Peringatan Maulud Nabi.
Pengajeng abdi dalem Kridomardowo KRT Surya Wasesa menuturkan, kedua gamelan tersebut akan dimainkan terus menerus hingga menjelang puncak Maulud Nabi Muhammad SAW yaitu Garebeg Mulud keesokan harinya (10/11).
“Gongso akan terus ditabuh sesuai dengan jadwalnya sampai hari Sabtu (9/11) dan akan dikembbalikan ke dalam Kraton melalui prosesi Kondur Gongso pada malam harinya dan dilanjutkan Garebeg Maulud pada paginya,” tutur KRT Wasesa.
Menurut KRT Wasesa, sepasang Gamelan Sekati ditabuh secara bergantian pada pkl 08.00-jelang sholat dhuhur, lalu dilanjutkan setelah dhuhur-ashar. Dan pada malam hari yaitu pkl 20.00 hingga tengah malam.
Seluruh gending atau tembang gamelan yang dimainkan adalah gending bernuansa Jawa dan Islami.
Kirim Komentar