
Gamelan itu dibawa keluar dari Keraton Yogya sehingga menjadi pusat perhatian masyarakat yang memadati Pasar Malam Sekaten. Selanjutnya diusung ke kompleks masjid dan akan dikembalikan lagi dari pagongan Masjid Agung Kauman menuju gedong gangsa di Sri Manganti Kraton Ngayogyakarta pada tanggal (15/02).
Para abdi dalem keraton bertugas menggotong perangkat gamelan untuk dimainkan selama tujuh hari hingga menjelang Grebeg Maulud di halaman Masjid Agung Yogyakarta. Dua perangkat gamelan itu hanya dibunyikan selama tujuh hari sebelum nantinya kembali disimpan sebagai pusaka di keraton.
Sempat terjadi insiden saling mendorong antara massa dan petugas keamanan yang berebut untuk menyaksikan prosesi Miyos Gongso. Insiden itu terjadi di gerbang utama Masjid Gedhe Kauman, setelah iring-iringan pembawa gamelan memasuki lokasi masjid.
Gamelan yang telah diletakkan di Masjid, selanjutnya ditabuh secara terus menerus selama tujuh hari. Irama gending tersebut menjadi daya tarik bagi sebagian warga, baik yang berasal dari Yogyakarta dan sekitarnya maupun yang berasal dari luar negeri.
Walikota Yogyakarta Herry Zudianto menyambut iring-iringan gamelan Kiai Guntur Madu dan Kiai Nogowilogo didampingi oleh wakilnya Haryadi Suyuti. Ratusan warga menyaksikan prosesi itu dan berjajar di sepanjang jalur yang dilalui abdi dalem yang membawa dua gamelan tersebut.
Kirim Komentar