Gudeg.net- Seorang raja ditandu oleh sejumlah prajurit melintasi bantaran sungai Code yang berair tenang. Sang raja dibawa menuju singgasana untuk menemui para warganya saat melakukan Prosesi Merti Sungai Code.
Sang raja kemudian memberikan wejangan-wejangan agar para warganya dapat memelihara kelestarian Sungai Code yang telah memberikan banyak manfaat.
Seusai memberikan wejangan, rajapun menitahkan seorang prajurit untuk menebarkan sejumlah ikan agar yang dapat berkembang dan bermanfaat bagi rakyat di sekitar bantaran sungai.
Itu merupakan cerita singkat dari Prosesi Merti Sungai Code yang dilakukan oleh puluhan warga dari Bantaran Kali Code di Desa Wisata Alternatif Brontokusuman (Dewa Bronto), Selasa, (26/11).
Ketua Desa Wisata Alternatif Brontokusuman (Dewa Bronto) Marsudi Raharjo mengatakan, prosesi yang dilakukan oleh warga ini berkonsep Raja Melawan Arus, dimana Raja diperankan oleh Bapak Lurah.
“Prosesi ini dapat disama artikan dengan bersih-bersih Sungai Code dan diikuti oleh seluruh warga yang masuk dalam RW 17 Kelurahan Brontokusuman,” ujar Marsudi Raharjo.
Ia menjelaskan, Merti Sungai Raja Melawan Arus merupakan agenda tahunan yang telah berjalan selama tujuh tahun. Pada tahun ini dapat dikatakan cukup spesial karena seluruh warga turun tangan langsung memeriahkan acara.
“Saat ini warga RW 17 Brontokusuman telah sadar betapa pentingnya peran Kali Code untuk kehidupan karenanya harus dijaga, dirawat dan dilestarikan demi masa depan kelak,” jelasnya.
Raja juga dapat diartikan dengan Rakyat Jogja dan melawan arus dimaksudkan melawan kemajuan globalisasi dengan mempertahankan keistimewaan, budaya dan kearifan lokal yang ada.
“Merti ini sudah menjadi agenda rutin tahunan Dewa Bronto setiap menjelang hut kota jogja (Oktober) namun sedikit bergeser pada tahun ini,” tutur pria yang akrab disapa Kelik itu.
Sebelum prosesi Raja Melawan Arus dilakukan, ada hiburan dengan tarian Golek Ayun-ayun, aksi Bregodo Dewa Bronto dan penebaran benih ikan nila.
Dewa Bronto yang terletak di Kelurahan Brontokusuman Kecamatan Mergangsan memiliki sejumlah aktifitas diantaranya telusur kampung hingga membatik bersama di Ndalem Brontokusuman dengan nama Canting Makaryo.
Selain itu terdapat juga sejumlah potensi desa yang dapat dikembangkan seperti Taman Edukasi dan bermain. Bidang kuliner Dewa Bronto memiliki makanan khas yaitu Sate Telo yang merupakan kuliner cita rasa sate yang berbahan ketela pohon.
Kelik berharap dengan adanya prosesi merti kali ini dapat memberi dampak positif bagi kelestarian lingkungan sekitar sungai dan menjadi penarik para wisatawan untuk datang.
“Kami bersyukur tinggal di bantaran salah satu sungai yang membelah Yogyakarta ini yang telah banyak memberikan manfaat, oleh karena itu kelestariannya harus dirawat karena jika bukan kami siapa lagi yang akan peduli,” harap pria dengan perawakan besar itu.
Kirim Komentar