Gudeg.net- Puluhan karya lukis sketsa yang merekam kehidupan di sepanjang Jalan Malioboro terpajang pada Pameran Tunggal Hendro Purwoko di Ruang Galeri Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Rabu (11/12).
Pameran yang bertema Sambang Sambung Malioboro ini memiliki arti penting, dan menarik secara artistik, maupun sejarah aspek-aspek sosial, budaya, ekonomi dan arsitektural Malioboro.
Hal itu disampaikan oleh Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta M Agus Burhan saat membuka pameran di BBY, Selasa (10/12) malam.
“Lukisan sketsa Pak Hendro menggambarkan tata ruang kawasan Malioboro yang mana di masa depan dapat dijadikan salah satu pijakan dalam kajian-kajian ilmiah kesejarahan bagi Yogyakarta,” ujar M Agus Burhan.
Burhan menjelaskan, 42 karya sketsa Hendro Purwoko tersebut mengabadikan suasana Malioboro sejak tahun 2009 hingga 2015. Namun pada tahun 2019 sudah cukup banyak yang berubah seperti adanya Proyek revitalisasi Malioboro yang merubah bentang lanskap Malioboro dari sisi pembangunan infrastruktur sarana & prasarana.
“Dengan sketsa yang dipamerkan ini kita mengetahui perjalanan sejarah Malioboro yang terdokumentasikan dengan baik dalam bentuk karya seni lukis sketsa Pak Hendro. Walaupun pada tahun ini beliau belum melukis lagi, jadi belum ada karyaa sketsa Malioboro terbaru,” jelasnya.
Burhan melanjutkan, Hendro Purwoko cukup detail menangkap “jiwa-jiwa” Malioboro dalam sketsa-sketsanya. Menampilkan penghuninya seperti sais andong, tukang becak, pedagang cinderamata, hingga landmark Malioboro.
“Beliau juga merekam suasana yang terjadi seperti demo buruh, interaksi pendagang kopi instan, keramaian angkringan, dan klithikan pasar sore Malioboro. Tidak ada satupun yang luput dari pengamatannya,” lanjutnya.
Sementara itu Kurator Pameran Purwadmadi menuturkan, sketsa tangan Hendro Purwoko merupakan bentang kawasan Malioboro menjadi bagian catatan historis dari peristiwa sosial budaya yang perlu ditakar dan dibaca.
“Arah rekaman visual yang dibuat beliau tidak hanya berdimensi heritage atau kecagarbudayaan, melainkan bisa dimanfaatkan untuk membaca sikap dan perilaku masyarakat sekitar Malioboro,” tuturnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, buah keterampilan Pak Hendro juga sebagai ekspresi ajakan untuk membaca Malioboro sebagai kawasan kehidupan, kawasan budaya, yang mewarnai keragaman perjalanan sejarah Yogyakarta.
“Motif sketsa Pak Hendro pantas diapresiasi mulai dari pencapaian wujud visual, motif konservasi ingatan dan picuan inspirasi konservasi, pemeliharaan, pengembangan, dan pemanfaatkan warisan budaya,” lanjut sahabat dari Hendro Purwoko itu.
Pameran sketsa ini juga menandai masa purna tugas Hendro Purwoko sebagai staff pengajar di Program Studi Disain Interior, Fakultas Seni Rupa Intitut Seni Indonesia Yogyakarta per 1 Oktober 2019.
“Pameran ini juga bisa dikatakan sebagai sebuah perayaan atas pencapaian Hendro Purwoko sebagai seorang seniman maupun sebagai pengajar seni,” pungkas Purwadmadi.
Selain pameran ini Hendro Purwoko juga menggelar sejumlah kegiatan lain yang menandai masa purnanya sebagai dosen, diantarannya Pameran Karya Meditasi Anak Milenium di Posnya Seni Godod (1-8 Desember 2019), Melukis Bersama 100 Perupa di Kawasan Malioboro yang dipamerkan di Posnya Seni Godod (10-18 Desember 2019).
Pameran tunggal Hendro Purwoko akan berlangsung hingga tanggal 18 Desember 2019 dengan jam buka setiap hari pukul 09.00 – 21.00 WIB.
Kirim Komentar