Gudeg.net- Puluhan perupa yang bernaung dalam Komunitas Lukis Cat Air Indonesia (Kolcai) menggelar pameran yang bertajuk "Kemilau Reog Ponorogo" di Bentara Budaya Yogyakarta. Pembukaan pameran dilakukan pada Sabtu (21/12).
Ketua Komunitas Lukis Cat Air Indonesia (Kolcai) Agus Tomin mengatakan, Reog Ponorogo merupakan hasil budaya dari kearifan lokal yang menjadi identitas asli dari daerah Ponorogo, Jawa Timur secara turun temurun.
"Reog sebagai objek lukis sangatlah menarik dan 45 perupa yang tergabung dalam komunitas Kolcai merasa bangga dapat menuangkannya ke atas medium kanvas untuk dipersembahkan pada pameran ini," ujar Agus Tomin.
Agus menjelaskan, Kolcai sebagai wadah berkumpulnya para perupa selalu mendukung segala sesuatu yang berhubungan dengan seni rupa baik dari dalam maupun luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
“Pameran ini selain sebagai apresisasi atas kesenian reog, juga sebagai ruang bertemunya para perupa cat air dari segala daerah di Indonesia dan kami merasa senang dapat mewadahi pertemuan ini,” ujar Agus Tomin.
Agus berharap, Kolcai sebagai tempat berkumpulnya para pecinta lukis cat air dapat terus menginsipirasi komunitas-komunitas seni rupa lainnya.
“Mudah-mudahan Kolcai dapat terus berkarya dan menjadi tempat untuk berkumpulnya para pecinta seni atau seniman tinta cat air yang ada di Yogyakarta atau daerah lainnya,” harapnya.
Pameran yang dihadiri oleh perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo Jawa Timur ini dibuka dengan penampilan tarian Singo Barong yang dibawakan oleh para seniman asli Ponorogo.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Ponorogo Bambang Wibisono mengapresiasi atas terlaksananya pameran yang mengangkat salah satu potensi seni daerah Ponorogo ini.
“Ini penghargaan yang sangat berharga bagi kami. Karenanya kami ucapkan terima kasih dan berharap semoga kegiatan ini dapat membangkitkan semangat bagi perupa di Ponorogo,” ungkap Bambang Wibisono.
Bambang menambahkan, Kabupaten Ponorogo memiliki sekitar 350 lebih grup kesenian reog. Sebagai bentuk pelestariannya dalam setiap bulan diselenggarakan pementasan reog di setiap desa atau kelurahan.
“Saat ini kami sedang mengembangkan pembinaan reog pada usia dini, dengan alasan agar ada penerus bagi kesenian yang menjadi akar budaya asli Ponorogo,” tambahnya.
Sementara itu Kurator Pameran Profesor Dwi Maryanto dalam kuratorialnnya menuliskan, pemilihan objek lukis Reog Ponorogo diawali dengan menelisik nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam reog itu sendiri.
“Reog pada dasarnya digunakan untuk menangkal hal magis namun dalam perjalanannya berhasil dijadikan sebuah identitas seni,” kata Prof Dwi Maryanto.
Ia menuturkan, reog telah berhasil melayari waktu, melintas zaman, dari dahulu hingga sekarang, dengan terpaan gelombang yang berusaha mengangkat atau menenggelamkannya di masa silam.
“Dan kini, bagi Wong Ponorogo, Reog tak hanya berperan sebagai kebutuhan batin semata, tetapi telah dijadikan sumber kehidupan yang menjanjikan,” tuturnya.
Pada acara ini juga dilakukan peluncuran buku yang berjudul sama dengan pameran yaitu Kemilau Reog Ponorogo.
Buku tersebut berisikan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan reog seperti sejarah dari asal mula reog yang saat ini telah menjadi identitas nusantara.
Pameran Kemilau Reog Ponorogo akan berlangsung sampai 29 Desember 2019 dengan jam buka pameran pukul 10.00- 21.00 WIB.
Kirim Komentar