Gudeg.net - Jazz Mben Senen merayakan 10 tahun perjalanannya dengan menggelar acara "Dasawarsa Kekancan di Jazz Mben Senen" pada Senin (17/2).
Bertempat di halaman Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Jalan Suroto no.2, acara ini dimeriahkan penampilan Everyday, Tricotado, Berdua Saja, Mucichoir, dan yang lainnya. Penonton yang memadati halaman BBY nampak antusias menyaksikan suguhan penampilan-penampilan musik.
Di tengah acara, dilangsungkan pemotongan tumpeng di atas panggung. Hadir di atas panggung antara lain Sindhunata, Aji Wartono, Noor Arif, Purwanto Kuaetnika, dan Petra, istri almarhum Djaduk Ferianto.
Jazz Mben Senen menggelar pentas jamming tiap Senin malam di pelataran BBY. Hadirnya komunitas ini di BBY antara lain tak lepas dari peran Sindhunata, almarhum Djaduk Ferianto, Bambang Paningron, dan Aji Wartono.
Aji Wartono kepada Gudegnet mengatakan, semangat Jazz Mben Senen perlu diacungi jempol. “Saya salut dengan energi mereka yang kemudian setiap Senin mereka mempersiapkan sendiri, mereka membiayai diri mereka sendiri dan mereka bisa kompak sampai sekarang,” kata Aji ditemui di sela acara.
Ia melanjutkan, dari awal komunitas ini memiliki semangat untuk memiliki tempat berkumpul untuk bergaul, belajar bersama.
Jazz Mben Senen menurutnya sangat terbuka untuk kolaborasi, tidak hanya dengan satu bidang musik saja, namun juga semua musik dan kesenian.
Ia mengatakan, almarhum Djaduk Ferianto sebagai salah satu penggagas mengarahkan komunitas ini dibuat seterbuka mungkin.
Komunitas ini pernah berkolaborasi dengan seni rupa, pantomim, tari, dan sebagainya. “Jadi saya kira bisa dibilang bawa Jazz Mben Senen merupakan satu event kebudayaan, karena semuanya bisa bergabung,” ucapnya.
Penampilan Everyday Band dalam acara "Dasawarsa Kekancan di Jazz Mben Senen" di BBY, Senin (17/2) - Gudegnet/ Wirawan Kuncorojati
Lokasi kegiatan di BBY menurutnya sangat mendukung karena tempat ini merupakan tempat berkumpulnya berbagai macam kesenian yang kemudian juga mempengaruhi Jazz Mben Senen, sehingga para anggota komunitas bergaul lintas seni dan budaya.
“Saya kira energi ini perlu dijaga ke depannya. Perlu ada regenerasi yang alhamdulillah walaupun agak susah tapi berlangsung dengan baik sampai saat ini, sudah ada yang meneruskan, dan saya kira spirit-spirit ini lah yang kemudian harus diteruskan, sehingga tidak berhenti sampai di sini apa pun yang terjadi,” tutur Aji.
Ia melanjutkan, Jazz Mben Senen merupakan salah satu aset keunikan di Jogja. Banyak musisi-musisi dari luar negeri seperti Malaysia dan Perancis pernah ikut tampil dalam kegiatan komunitas ini. Aset ini harus dijaga, tak hanya oleh Jazz Mben Senen sendiri tapi juga oleh penonton yang datang, supaya dapat terus berlangsung.
Kirim Komentar