Gudeg.net- Sejumlah pedagang kaki lima (pkl) di kawasan Malioboro mengeluhkan sepinya pembeli dampak dari penyebaran virus corona di Yogyakarta.
Pantauan GudegNet hingga pukul 11.00 WIB, masih banyak pkl yang belum membuka lapak dagangannya seperti biasa.
Salah satu pkl Sulastri mengatakan, sejak berita corona mulai ramai dibicarakan secara perlahan Malioboro mulai sepi.
“Sudah sekitar lima hari sejak Pemerintah Yogyakarta menginformasikan untuk waspada corona maka secara drastis Malioboro ini sepi,” ujar Sulastri saat memberskan lapak dagangannya, Kamis (19/3).
Sulastri menuturkan, sepinya kawasan sentra belanja Malioboro ini berdampak dengan turunnya omzet penjualan. Penurunan omzet berkisar antara 50-60% dari hari biasanya.
“Biasanya jam segini mas, saya sudah laku lumayan tapi empat hari ini semua menurun. Tapi ya kita mau gimana lagi, kami hanya bisa menerima saja, sambil nunggu informasi selanjutnya,” tutur pedangan batik tersebut.
Hal senada juga dikeluhkan oleh para pengayuh becak yang menerima imbas dari sepinya wisatawan di salah satu jalan ikonik Kota Yogyakarta ini.
Pengayuh becak Siswoyo mengatakan, dengan sepinya kondisi Malioboro, ia dan rekan yang lainnya hanya dapat menunggu duduk-duduk sambil menunnggu.
“Seperti yang dapat dilihat, kami dari pagi jam 7 cuma duduk-duduk saja disini, kalaupun ada tarikan paling baru satu saja,” ujar Siswoyo.
Siswoyo dan rekan-rekan pebecak lainnya berharap situasi seperti ini dapat cepat berlalu dan Malioboro hidup kembali perekonomiannya.
“Memang ini gara-gara corona, kami pun paham tapi ya mudah-mudahan Pemerintah Daerah juga memahami kondisi kami selaku orang-orang yang mencari nafkah di Malioboro ini,” harap pria asal Gunung Kidul itu.
Sehari sebelumnya kawasan Taman Parkir Abu Bakar Ali sempat dilakukan penyemprotan desinfektan oleh Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY.
Presidium Paguyuban Kawasan Malioboro Sujarwo mengungkapkan, ada sejumlah pkl yang memutuskan untuk tidak membuka lapaknya.
“Ada yang menutup tapi masih ada juga pedagang belum berencana menutup dagangannya. Namun kami telah menginformasikan, jika ada yang demam atau flu baiknya istrahat dulu,” ungkapnya.
Sujarwo menegaskan, ia dan seluruh pkl Malioboro tidak mau dianggap masuk ke dalam zona merah virus corona. Maka, jika ada yang sakit harus langsung mengecek di rumah sakit.
“Kami juga ingin semua kembali normal, ini wabah bencana dan semua orang merasakan dampaknya. Mudah-mudah semua dapat cepat berlalu dan Malioboro Yogyakarta dapat normal kembali,” tegasnya.
Kirim Komentar