Gudeg.net—Candi Abang merupakan candi berbentuk segi empat dengan ukuran 36x34 meter dengan tinggi enam meter yang mengerucut ke atas, sehingga berbentuk seperti piramida. Diperkirakan candi ini dibangun sekitar abad ke-9 dan ke-10 pada zaman kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno.
Terletak tidak jauh dari Candi Banyunibo dan Candi Barong, candi ini memliliki karakteristik yang sama sekali berbeda.
Alih-alih dibuat dari andesit seperti kebanyakan candi lain di Jawa Tengah, ia terbuat dari batu bata merah. Batu andesit adalah batuan beku vulkanik, seperti yang dimuntahkan oleh Merapi saat erupsi.
Batu bata merah merupakan karakteristik candi yang biasanya ditemukan di daerah Jawa Timur. Batu andesit digunakan dalam pembuatan candi karena dapat bertahan lama.
Salah satu penyebab mengapa candi ini sudah hancur sebagian karena dibuat dari batu bata merah yang lebih rapuh dibandingkan andesit. Karena alasan ini pula lah warga menyebutnya Candi Abang. Abang berarti merah dalam bahasa Jawa.
Candi ini sudah tidak terlihat dari luar. Ia tampak lebih seperti bukit kecil di atas bukit. Berabad-abad tidak digunakan dan dirawat membuat candi ini tertutup tanah dan akhirnya ditumbuhi rumput.
Di salah satu sisinya ditemukan yoni yang menandakan bahwa candi ini merupakan candi Hindu. Terdapat lambang Dewa Siwa di yoni berbentuk segi oktagonal atau segi delapan, bukan segi empat seperti pada umumnya.
Tidak banyak catatan mengenai candi ini karena posisinya yang terkubur. Catatan tertua tentang Candi Abang ditemukan pada laporan ROD (Raport OudheidkundigeDientsi) tahun 1915.
Dalam ROD tersebut disebutkan bahwa di Candi Abang pernah ditemukan sebuah lingga dan arca Buddha. Lingga adalah lambang Dewa Siwa, dewa tertinggi dalam agama Hindu.
Menurut catatan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, di situs ini pernah ditemukan sebuah prasasti pendek pada tahun 1932. Menurut Dr. Rita Margaretha (epigraf), prasasti tersebut berisi tentang penanggalan dengan angka tahun 794 Saka atau 872 Masehi.
Tahun ini tidak dipakai sebagai tahun penanggalan pendirian Candi Abang. Data arkeologi lain yang diperoleh dari hasil testpit (ekskavasi) adalah ditemukannya sisa-sisa struktur bangunan candi yang berdiri di atas lahan seluas 65x64 meter.
Candi Abang berada di Dusun Sentonorejo, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman Yogyakarta. Sasat Gudegnet berkunjung, tidak ada biaya masuk.
Namun, parkir untuk mobil sangat terbatas, bisa dikatakan tidak ada. Mobil hanya dipinggirkan di badan jalan di tanah warga.
Mobil membayar parkir Rp5.000. Parkiran motor lebih besar dan lebih nyaman. Motor membayar tarif Rp2.000. Ada toilet umum yang dapat dipakai di area parkir motor dengan membayar Rp2.000.
Dari parkiran tersebut, kita akan berjalan kaki sekitar 400 meter menuju Candi Abang. Medannya sempit, berpasir, dan berbatuan. Untuk pengunjung lanjut usia yang tidak biasa berjalan kaki mungkin akan menyulitkan. Terutama jalan menanjak ke atas candi yang tidak memiliki jalan setapak.
Sebelum menuju jalan menanjak ke arah candi, kita akan melewati susunan batu gamping yang menyerupai tangga. Walaupun meyerupai tangga, bebatuan ini cukup acak dan besar. Tetap berhati-hati saat menaikinya karena cukup licin.
Jalan setapak menuju Candi Abang di bagian yang cukup mudah dilewati-Gudegnet/Trida
Waktu terbaik tentunya pagi atau sore hari karena candi ini cukup minim fasilitas. Pertokoan, warung, dan restoran tidak ada di sekitaran candi. Jika membawa makanan dan minuman sendiri, jangan lupa membuang sampah pada tempatnya. Jika tidak menemukan tempat sampah, lebih baik membawa sampah kita sendiri hingga lalu buang saat menemukan tempat sampah.
Lokasi candi Abang sudah G-Maps ready, tetapi Google Map akan membawa kita menuju parkir barat. Dari parkir barat ini medan jalan cukup sulit karena sangat menanjak dan berbatu-batu lepas. Mobil tidak dapat parkir di sini.
Jika terlanjur sampai ke sini, pacu kendaraan ke arah utara hingga menemukan Jalan Raya Jogja-Piyungan Km 8. Di situ, ada papan penunjuk bertuliskan Candi Abang dan Gua Sentana.
Tentunya karena saat ini sedang masa pandemi, tetap menjaga jarak jika lokasi ramai. Jangan lupa juga selalu mengenakan masker.
Kirim Komentar