Seni & Budaya

Menengok Kerajinan Batik Kayu di Desa Wisata Krebet

Oleh : Wirawan Kuncorojati / Selasa, 22 September 2020 12:00
Menengok Kerajinan Batik Kayu di Desa Wisata Krebet
Ponirah, salah satu pengrajin batik kayu di Desa Wisata Krebet, Bantul-Gudegnet/ Wirawan Kuncorojati

Gudeg.net - Dengan telaten, Ponirah menggoreskan cairan malam di atas pola yang telah ia buat sebelumnya. Sore itu ia sedang membatik di media meja kayu rendah berukuran besar.

Ia duduk lesehan, di samping peralatan membatik seperti kompor, beberapa canting dan wajan kecil berisi malam. Sesekali ia menciduk malam panas tersebut dengan cantingnya.

Ponirah menuturkan, seperti halnya batik kain, proses dalam batik kayu  diawali dengan pola, setelah itu baru membatik atau nglowong.  Selanjutnya, masuk dalam proses pewarnaan, yang terbagi dalam teknik colet dan celup.

Ibu satu anak itu hanya mengerjakan proses membatik dan mewarna, dan me-lorod. Untuk proses finishing dikerjakan orang lain.

Selain meja, ia biasa mengerjakan pesanan untuk membatik nampan, topeng, hiasan berbetuk hewan-hewan kecil, boks tisu, kotak pensil, topeng, ada pula wayang.

Ponirah adalah salah satu pengrajin di sentra batik kayu, Krebet, Bantul. Ia bercerita, sebelum pandemi Covid-19 melanda, ada sekitar 50 orang yang aktif sebagai pengrajin batik kayu di desa ini.

Karena pandemi, semua pengrajin di Krebet kini sepi pesanan, termasuk dirinya. Selama pandemi, ia sendiri hanya mengerjakan tiga item.

“Kalau sekarang sepi banget, mas. Aduh, jan, bener-bener nggak ada,” ucapnya ketika ditemui Gudegnet di kediamannya, Krebet, Bantul, Kamis (17/9).

Ia kemudian menceritakan, ada pengusaha batik kayu yang sebelumnya memiliki karyawan dan biasa mendapat banyak pesanan berupa wayang dan souvernir untuk kawasan wisata Borobudur, kini harus beralih bekerja pada orang lain.

Untuk bertahan, ada pengusaha yang beralih menjadi penjual telur, berjualan di warung kelontong. Menurutnya, kini hanya ada tiga tempat usaha batik kayu di desanya yang masih berjalan.

“Untung sini di gunung masih banyak kerjaan di luar. Kebetulan kemarin pas panen banyak asem. Nah, pada beralih ke situ. Ada yang jualan makanan, panen asem, kebetulan sampingannya ibu-ibu sini,” katanya. “Kan dulu sampingannya tukang batik, sekarang ya kembali lagi,” katanya lagi sembari terkekeh.

Untuk item berukuran kecil, ia memasang tarif per biji. Sebagai contoh, biaya untuk batik dan pewarnaan per boks tisu Rp 7000. Sebelum pandemi, ketika banyak pesanan, dalam sebulan ia bisa berpenghasilan bersih sekitar Rp 3 juta.

“Kalo sekarang nggak ada (pesanan). Cuma sedikit banget, hampir ngak ada. Kalau cuma satu dua kan itungannya nggak ada,” ucapnya lagi.

Untuk yang ingin memesan, bisa langsung datang ke kediamannya, di Krebet, RT 04, Sendangsari, Pajangan, Bantul. Ia tak membatasi ukuran kayu yang ingin dibatik. “Dari yang kecil sampai yang besar. Almari juga dulu pernah,” tuturnya.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JogjaFamily 100,9 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    GERONIMO 106,1 FM

    GERONIMO 106,1 FM

    Geronimo 106,1 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini