Gudeg.net- Sebagai bagian sumbu filosofis DIY yang didaftarkan sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda kepada UNESCO, Panggung Krapyak terus berbenah.
UNESCO merupakan organisasi yang berhubungan dengan perdamaian, dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya.
Salah satunya dengan melakukan perawatan rutin yang bertujuan untuk membersihkan Panggung Krapyak dari berbagai kotoran dan vandalisme.
Perawatan yang dilakukan dalam pengawasan Dinas Kebudayaan DIY ini merupakan kelanjutan dari revitalisasi Pojok Beteng Lor Wetan.
“Setelah revitalisasi Pojok Beteng Lor Wetan, Masjid Gedhe Kauman dan sekarang kami lanjutkan dengan perawatan Panggung Krapyak Panggungharjo,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan DIY Sumadi saat dikonfirmasi Gudegnet, Selasa (22/9).
Pekerjaan perawatan yang dilakukan meliputi pembersihan tembok dari lumut, pengecatan ulang serta pengecekan sejumlah anak tangga yang digunakan menuju menara.
Sumadi melanjutkan, rencananya perawatan keseluruhan bangunan akan memakan waktu sekitar satu bulan setengah.
“Target kami perawatan akan selesai sekitar 45 hari ke depan, kami juga berkoordinasi dengan pihak terkait dalam perawatan cagar budaya tersebut,” lanjutnya.
Panggung Krapyak atau yang dikenal juga dengan Kandang Menjangan merupakan bangunan bersejarah yang memiliki fungsi cukup penting di masanya.
Pada masa Kesultanan Mataram, Panggung Krapyak digunakan oleh raja-raja Mataram sebagai tempat pengintaian untuk berburu binatang, khususnya rusa atau menjangan.
Terkait pengajuan Warisan Dunia Tak Benda Sumadi menjelaskan, DIY akan menjadi satu-satunya yang mewakili Indonesia untuk pengajuan kepada UNESCO.
Indonesia menilai DIY yang paling siap dan dan paling layak untuk mengajukan ke UNESCO, sehingga tahun ini Indonesia hanya mengajukan DIY saja dan saat ini proses verifikasi sedang berjalan.
“Selama ini yang kita lihat warisan budaya selalu berbentuk fisik, namun berbeda dengan DIY. Warisan budaya ini bukan fisik, namun berupa sumbu filosofi yang imajiner dan tak kasat mata,” jelasnya.
Kirim Komentar