Gudeg.net—Lincah dan bersemangat, kelima perempuan musisi itu membawakan lagu bertema 90-an. Saat itu lagu rap lawas oleh Iwan K, “Bebas”, sedang dibawakan di panggung. Berkostum putih, mereka nampak harmonis membawakan tiap akord.
Mereka tergabung di sebuah grup band yang diberi nama “Youniverse”. Terbentuk di 7 Mei 2017, awalnya grup ini berformat mini, hanya bertiga saja; vokal, kibor, dan saksofon.
Format bertiga tidak bertahan lama. Di tahun yang sama dengan terbentuknya Youniverse, mereka mengikuti event tur yang menginginkan mereka tampil dalam format band. Akhirnya Anita Ermaulita Simbolon, pemain kibor Youniverse, memutuskan untuk mencari drumer.
“Dulu sih, mikirnya jarang banget, ya, ada musisi cewek. Trus akhirnya aku hunting dan dapatlah malaikat-malaikat ini,” cerita Anita yang lalu disambut gelak tawa teman-temannya.
Terakhir yang ‘diciduk’ oleh Anita adalah pemain bas. Dia menemukan Febriani Arumningtyas di tahun 2018. Menurutnya, perempuan pemain bas merupakan pemain yang paling sulit dicari.
“Youniverse itu dulu dari vokalis yang pertama, sih. Dia yang mengusulkan. Maksudnya kita berharap bisa berkeliling dunia dengan band ini,” ujar Anita saat ditemui Gudegnet beberapa pekan lalu.
Saat itu band yang anggotanya lahir di antara tahun 1992-1998 ini sedang mengisi acara pembukaan klinik kecantikan eksklusif di kawasan Seturan.
Sedangkan ditanya soal nama yang menggunakan kata “you” alih-alih huruf “u” seperti seharusnya (Universe adalah semesta/dunia dalam bahasa Inggris), Kezia Grace Yessi Sitompul, drumer, menjelaskan bahwa “you” tidak berarti tunggal pada satu orang, namun jamak.
“Kalian semua (penonton) adalah bagian dari dunia kami,” jelasnya. Harapannya agar mereka berdampak untuk semuanya.
Hambatan di antara mereka rupanya pun merupakan hal yang “perempuan banget”. Hambatan terbesarnya adalah jika mereka semua sedang bersamaan datang bulan. “Semua jadi sensi-an,” kata Win Yovina Thopandi, vokal.
Namun, Win yang juga memiliki beberapa proyek lain selain bersama Youniverse mengatakan bahwa lebih banyak keasyikan bersama band yang seluruh anggotanya perempuan.
Hal lain yang biasa mereka ributkan adalah kostum jika klien atau sebuah event belum memberikan mereka dress code.
Sedangkan untuk mengatur repertoar mereka akan mengacu pada acara yang diisi, apakah acara pernikahan, gathering, atau pembukaan semacam malam itu. Setelah itu mereka akan melihat lagi kisaran umur tamu dan seleranya seperti apa.
“Kita selalu tanya ke klien ada request lagu, gak? Karena dari request itu jadi bisa dibayangin lagu-lagu yang mereka suka,” jelas Anita. Setelah itu dia akan melempar list ke vokalis yang akan menentukan urutan dan pilihan lagu.
Latihan dan mengumpulkan lagu biasanya mereka lakukan jika akan ada event yang datang. Menurut Aspasia Putri Merpati, pemain saksofon, mereka bertemu jika ada kesempatan.
“Kalau dirata-rata, kira-kira lima sampai enam kali sebulan,” ujarnya.
Jika ada lagu baru, akan mereka bagikan terlebih dahulu lalu masing-masing akan ngulik (ulik: mengusut/mempelajari) di rumah. Jika ada kesulitan baru akan dibicarakan di studio.
Mereka sering membawakan lagu-lagu dengan aransemen mereka sendiri. Aransemen ini bisa dibuat sendiri, bisa juga dibuatkan oleh orang lain.
“Kadang kalau event penuh, dan kita gak ada waktu, kita sewa music director (MD) untuk membuatkan aransemen,” cerita Anita.
Mereka menyewa seorang MD di kala tur, karena jadwal tur yang cukup padat. Mereka sempat terikat kontrak selama dua tahun di 2017-2018 dengan sebuah brand rokok.
Untuk karya sendiri, mereka mengaku memiliki satu saat diberi mandat oleh Kementerian Perempuan dan Anak. Namun, dari awal komitmen mereka memang untuk menjadi home band, bukan musisi artis.
Lagu tersebut bercerita tentang perempuan kuat berjudul “Cantik itu Kamu”. Lagu ini ada di tahun 2017 saat formatnya masih bertiga. Sejak berganti format menjadi berlima lagu ini tidak pernah dibawakan lagi.
“Kita kan ada yang kuliah, ada yang berumah tangga, kalau jadi artis kan komitmennya jauh dan panjang, jadi harus banyak yang dikorbankan,” kata Anita.
Kegiatan mereka beragam. Anita memiliki sekolah musik di Condongcatur, Pasia, panggilan akrab Aspasia masih kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, Kezia sedang menunggu wisuda di UNY, Win adalah penyanyi full time, sedangkan Febri adalah seorang ibu rumah tangga.
Kirim Komentar